Tepuk tangan berhias ketegunan menghiasi se-isi ruangan. Aku baru saja melakukan gladi bersih persembahan drama terakhir untuk nanti malam. Semenjak ajakan Hidayat tempo hari, membuatku sedikit bisa melupakan ucapan satire ala ayahku. Pak Ahmad menepuk-nepuk punggungku tanda tak percaya. Ia bilang beberapa hari yang lalu bahwa pementasan ini tidak akan sukses. Dan pastinya itu gara-gara aku.
Namun setelah melihat hasil dari gladi bersih, senyum lebar akhirnya terpancar dari wajahnya. Kegembiraan menghiasi kami semua, begitu pula denganku dengan catatan penting bahwa hutangku yang ini telah lunas. Tiba-tiba saja semua mendadak berubah.
Aku mendengarkan obrolan mengenai kawan-kawanku yang telah melaksanakan pendaftaran lengkap dengan tes masuknya di hari kedua. Aku mencoba mencari informasi dengan mendekat ke kerumunan itu. Tak disangka, Hidayat pun berbicara banyak di forum dadakan itu.
“Kamu sudah tes?” Firdaus mengawali pembicaraan.
“Sudah,” teriak beberapa temanku.
“Aku dapat paket B soalnya.”
“Kok sama ya denganku.” Hidayat menimpali ucapannya Firdaus.
“Aku C.”
“Yang A lo susah.”
“Lebih susahan yang D.”
Aku hanya bisa mendengar sembari diam.