Bahasa Langit

Syafi'ul Mubarok
Chapter #12

Laskar Pratama

Bila engkau bertanya kepadaku, apa kegiatan yang sering aku ikuti. Maka aku akan menjawab Pramuka. Hidayat menyebutku tengah kerasukan setan pramuka, begitulah katanya. Ia beranggapan bahwa pramuka itu aneh. Setidaknya tidak sekonyol karakter Patrick dalam film kartun Spongebob.

Karena di otaknya, dipenuhi oleh argumen tak berdasar bahwa pramuka itu menjijikkan.

“Kok ada orang yang mau disuruh menjelajah hutan, merayap di terowongan, demi sebuah piagam,” katanya di sela-sela perjalanan ke sekolah. Siapa juga yang mengincar piagam. Seakan hidupnya hanya dipenuhi oleh piagam.

Aku pun sempat menjelaskannya bahwa pramuka tidak hanya soal itu. Masih ada hal yang lebih menarik, mulai dari perkemahan, penjelajahan, keterampilan dan lain sebagainya.

“Kalau mau pintar membuat tandu, gabung saja ke PMR,” komentarnya.

Aku hanya memandangnya dalam diam. Sementara ia tertawa senang karena melihatku merenung kalah. Aku tidak kalah hanya mengalah. Repot memang jika engkau berdebat dengan temanku yang satu ini. Tak peduli berapa berkualitasnya omonganmu, pasti tidak akan selesai bila berdebat dengan Hidayat.

Demi keselamatan varietas bambu agar tidak mati mendengar ocehan Hidayat, aku lebih memilih mengalah. Bila aku menjelaskan lebih lanjut, mungkin ia tidak akan paham. Lagi pula yang paling sering justru malah ditinggal tidur. Benar-benar menjengkelkan.

***

Di sekolahan MI ku dulu, pramuka merupakan kepanduan kedua setelah Hizbul Wathon. Hal tersebut memang wajar, karena sekolahku dulu bernaung di bawah Muhammadiyah jadi harus memprioritaskan HW. Itu tesebut pun membuat skill pramukaku di tingkat MI mati suri.

Menurut pandanganku, kedua gerakan kepanduan itu tidak ada bedanya. Bila pramuka bersifat universal, maka HW hanya berada di kalangan islam utamanya Muhammadiyah. Walaupun keduanya saling menyokong, entah mengapa di sekolah SMP ku dulu hal tersebut sering dipermasalahkan dan cenderung bersaing.

Memang, aroma rivalitas antara pramuka dan HW ketika MI ku dulu tidak terlalu menyala. Namun, semenjak menginjak di tanah SMP hal tersebut menjadi sebuah kobaran api yang tidak pernah bisa padam walau dilindas oleh zaman.

Pramuka MI hanyalah sebatas formalitas. Tidak ada kegiatan yang lebih spesial kecuali hanya sebatas pelantikan hingga upacara biasa ditambah sedikit materi. Lain halnya dengan gerakan kepanduan Muhammadiyah. Banyak sekali ragam kegiatannya, mulai dari penjelajahan hingga bersaing di perkemahan tingkat kabupaten.

Walaupun demikian, tetap terdapat pemilihan ketua utama di setiap tahunnya. Dan tanpa kusadari, selama 4 tahun berturut-turut semenjak ekstra tersebut diwajibkan di dalam hidupku, aku menjadi seorang ketua. Aku pun tidak terlalu mengerti dan teman-temanku tidak banyak yang peduli.

Selain karena faktor keterbatasan calon, juga karena pramuka kalah pamor dengan Hizbul Wathon. Dan selama rentang waktu tersebut, tak henti-hentinya aku berada di posisi paling atas pada tes SKU yang dilaksanakan setiap awal tahun ajaran. Tidak terlalu mengejutkan memang.

Lihat selengkapnya