Sebuah kesungguhan dapat mengantarkan seseorang menuju apa yang ia cita-citakan. Seorang Edmund Hillary penakluk puncak Everest, dengan berbekal kesungguhan dan keyakinan ia mampu untuk berdiri di puncak tertinggi muka bumi. Bahkan Thomas Alva Edison dengan kesungguhan dalam usahanya menemukan bola lampu, walaupun lewat beribu kegagalan akhirnya ia berhasil menemukannya.
Berkat kesungguhan, aku berhasil membungkam omongan-omongan sinis di belakang. Bermula ketika akhir semester dua kelas 10, ketika Pekan Olahraga dan Seni telah dibuka. Ajang tersebut merupakan even yang sangat bergengsi di kalangan para siswa. Martabat sebuah kelas dipertaruhkan dalam even pengisi waktu libur UN tersebut. Mulai dari lomba olahraga hingga lomba kesenian.
Setiap kelas berusaha menentukan utusan-utusan terbaik untuk berlaga dalam ajang tersebut. Mengingat banyaknya cabang yang dilombakan, membuat se isi kelas kebagian untuk ikut bersaing secara sehat. Namun, begitulah ada saja beberapa temanku yang malah membuat ini sebagai candaan dalam penentuan perwakilan orang yang berlomba. Dan aku kebagian cabang lomba Rangking 1 dan Pidato Bahasa Inggris.
Yang membuatku agak tersinggung adalah ketika teman-temanku menunjukku untuk cabang lomba pidato bahasa Inggris dengan nada sinis. Pasti alasan utamanya aku bukanlah santri yang tidak bisa semahir mereka dalam berbahasa. Justru hal tersebut membuatku semakin bersemangat dalam mempersiapkan lomba. Tidak perlu membenci apalagi mengumpat mereka yang meremehkan kita, karena kita masih membutuhkan mereka sebagai saksi kesuksesan kita.