Bahira

Ummu Salamah Ali
Chapter #4

Awan Kelabu

Awan Kelabu

“Saat ketentuan Allah telah terukir, kita sebagai hamba tak bisa menghindari takdir”

 

"Assalamu'alaikum," ucap kami bersamaan di depan pintu rumah yang terbuka. Sembari menanti jawaban, kedua bola mataku melihat sekeliling rumah yang sangat asri dan nyaman. Di depan rumahnya berdiri sebuah musholla yang lumayan luas dan selalu ramai digunakan warga untuk beribadah. Di samping rumah terdapat sebuah Taman Kanak-Kanak (TK) yang dikelola oleh bulek Sarah. Di seberang jalan, terlihat deretan pepohonan yang tinggi menjulang, memberikan kesejukan dan teduh pada lingkungan sekitar. Di bagian belakang rumah, pemandangan menjadi semakin alami dengan hamparan sawah hijau yang luas, dan di sampingnya terdapat kebun kecil yang dipenuhi dengan tanaman buah dan sayuran. Angin yang berhembus lembut dari sawah, kicauan burung-burung menambah suasana tenang dan damai di sekitar rumah. 

“Wa’alaikumussalam,” suara Paklek Syarif menyambut kami, “Alhamdulillah sudah datang, ayo masuk,” ucapnya mempersilahkan kami duduk di ruang tamu.

Samirah lebih dulu mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan pamannya, sembari berpelukan erat, dan berkata, “Paklek apa kabar? Lama nggak ketemu.”

“Alhamdulillah baik, maaf paklek belum bisa kesana waktu kamu berangkat haji bulan lalu,” ucap paklek Syarif.

“Nggak apa-apa Paklek, sekarang alhamdulillah bisa silaturrahim kesni lagi,” jawab Samirah.

Aku mengulurkan tanganku untuk bersalaman pada paklek Syarif usai ia dan Samirah melepas kerinduan.

“Bulek Sarah kemana Paklek? Kok dari tadi nggak kelihatan,” tanya Samirah.

“Tadi keluar, paling beli jajanan, sebentar lagi juga datang, ayo diminum dulu,” jawab Paklek Syarif sembari mempersilahkan kami untuk meneguk air mineral dalam kemasan yang sudah disediakan.

Tak lama terdengar suara motor terparkir di depan, tampak bulek Sarah bergegas turun dan memasuki rumah dari pintu samping. Aku dan Samirah berdiri saat bulek Sarah berjalan mendekat pada kami dengan wajah yang berseri-seri.

“Itu bulekmu sudah datang, paklek pamit dulu ya, mau siap-siap jamaah,” pamit paklek pada kami.

Nggeh, Paklek silahkan,” ucap Samirah.

“Assalamu’alaikum Bulek,” ucapku dan Samirah bersamaan.

"Wa'alaikumussalam, masya Allah alhamdulillah Nduk, kalian sudah sampai,” jawab bulek Sarah menyambut kami dengan senyum kebahagiaan mendapatkan kunjungan. Kami pun segera mengulurkan tangan untuk bersalaman, lalu berpelukan bergantian, terutama Samirah yang sedang melepas kerinduan atas lamanya sebuah perjumpaan. Bukan hanya karena ia istri dari pamannya saja, namun ia juga memiliki kedekatan khusus, sudah seperti orang tuanya sendiri, apalagi dulu dia pernah dirawat bulek saat sakit—masa menjadi santri di pesantren Darussalam putri. 

"Bulek apa kabar?" Ucap Samirah.

"Alhamdulillah baik Nduk, Baba sama Umi kamu bagaimana kabarnya?" ucap Bulek Sarah.

"Alhamdulillah Baba sama Umi sehat semuanya Bulek, beliau berdua juga menyampaikan salam ke Bulek dan Paklek," kata Samirah menjawab.

"Bagaimana perjalanannya tadi? Nyasar nggak?" Tanya Bulek sarah penasaran, sembari menyuguhkan kami minuman. 

"Hampir nyasar Bulek," jawabku Samirah.

"Iya Bulek, biasa google map kadang bikin tersesat, jadi salah tempat hehehe," ucapku menambahkan. 

"Tapi alhamdulillah selamat sampai di tempat toh Nduk," kata Bulek dengan senyuman, "Eh, ayo diminum, dicicipi camilannya," lanjutnya. 

"Terima kasih Bulek, jadi ngerepoti," ucapku. 

"Nggak repot sama sekali Nduk, malah seneng banget kalau disambangi cah ayu-ayu ini, tamu itu membawa banyak berkah, jadi bulek seneng banget kalau kedatangan tamu," jawab Bulek. 

Masya Allah, pancaran kebahagiaan pada wajah bulek menandakan betapa ia menerapkan sunnah rasul untuk menjamu tamu. Sebagaimana yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jelaskan dalam kitab Washiyatul Mushthafa,“Sesungguhnya ketika singgah tamu di suatu kaum, maka singgah pula bersama kaum itu rezeki. Dan ketika pergi tamu, maka ia pergi dengan membawa dosa-dosa penghuni rumah yang ditinggalkan, maka membuang Allah pada dosa-dosa itu ke lautan.”  Dalam Riwayat lain pun Rasulullah sering mengingatkan kita untuk memuliakan tamu sebagaimana sabdanya, "Barang siapa beriman kepada Allah SWT dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya. Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia mempererat hubungan kekeluargaannya. Dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia mengucapkan yang baik ataupun berdiam diri saja." (HR. Bukhari-Muslim).

“Oh ya, ini ada sedikit oleh-oleh untuk Bulek dan Paklek,” ucap Samirah menyerahkan buah tangan pada Bulek Sarah.

Lihat selengkapnya