Seminggu kemudian.
Setelah seminggu sibuk mengurus pemakaman dan orang-orang yang datang untuk melayat, Rosy akhirnya punya sedikit waktu untuk beristirahat sembari merasakan kesedihan kehilangan ibunya. Selama seminggu ini, Rosy mencoba bertahan dengan menahan air matanya karena tidak ingin Rama-ayahnya merasa lebih sedih lagii setelah kehilangan Anjani-istri dan Ibu Rosy. Sebagai seorang anak, Rosy tahu dengan baik Rama-ayahnya sangat mencintai Anajni-ibunya dan kepergian Anjani menjadi pukulan yang sangat hebat bagi Rama dan Rosy.
Tes, tes. Seorang diri di kamar, Rosy mulai membiarkan air matanya berjatuhan setelah seminggu ditahannya dengan sekuat tenaga. Selamat beberapa waktu, Rosy terus membiarkan air matanya berjatuhan sembari sesekali bibirnya memanggil-manggil ibunya.
Setelah air matanya berhenti berjatuhan, Rosy bangkit dari duduk meringkuknya dan mengambil ponselnya untuk memutar lagu-lagu band Dewa yang merupakan band kesukaan ibunya sejak masih muda. Ibu Rosy sangat menyukai band Dewa dari nama Dewa 19 menjadi Dewa di tahun 2000-an. Rosy menekan tombol play di aplikasi pemutar musik di ponselnya.
Menangislah … bila harus menangis.
Karena kira semua … manusia
Manusia bisa terluka … manusia pasti menangis
Dan manusiapun bisa mengambil hikmah
Air mata-Dewa
Kebetulan sekali, lagu terakhir yang didengar Rosy sebelum kematian ibunya adalah lagu dengan judul air mata dari Dewa. Rosy tadinya ingin mengganti lagu itu dan memutar lagu yang lain. Tapi mendengar lagu itu membuat Rosy teringat akan masa kecilnya bersama dengan ibunya.
"Kenapa tidak menangis, Rosy?”
“Rosy tidak ingin dipanggil anak cengeng sama teman-teman, Bu. Jadi meski jatuh berdarah seperti ini, Rosy sekuat tenaga tidak menangis, Bu.”
“Karena Rosy tidak menangis, apa ini artinya Rosy tidak sakit?”
“Sa-kit, Bu. Sakit sekali, Bu.”
“Di depan Ibu, Rosy boleh menangis sepuasnya. Apapun itu, bagaimana pun itu, dan kapanpun itu, jika Rosy malu untuk menangis di depan teman-teman, Rosy-putri kesayangan Ibu bisa menangis di depan Ibu. Dan sebagai gantinya Ibu akan memeluk Rosy seperti ini.”
Rosy ingat, sejak kecil Rosy adalah anak yang cengeng dan mudah menangis hanya karena hal kecil. Jadi, teman-teman Rosy selalu memanggil Rosy dengan sebutan anak cengeng karena hal itu. Kesal dengan panggilan itu, berulang kali Rosy berusaha untuk tidak menangis di depan teman-temannya. Beberapa usahanya berhasil, tapi ketika Rosy terjatuh dari sepeda hingga lututnya berdarah, Rosy benar-benar ingin menangis karena rasa sakit yang dirasakannya.
Karena tidak ingin usahanya membuang panggilan anak cengeng gagal, Rosy pulang ke rumah tanpa menangis dan masih tetap berusaha untuk menahan tangisnya di depan Anjani-ibunya. Tapi Anjani-ibunya, justru mengatakan hal sebaliknya dan akhirnya Rosy pun menangis di depan Anjani. Di dalam pelukan Anjani, Rosy menangis kencang karena rasa sakit yang ditahannya sejak tadi.
Klik. Rosy menekan tombol ulang pada lagu dengan judul Air Mata dari Dewa yang didengarkannya. Rosy naik ke atas tempat tidurnya, meringkuk sembari memeluk bantalnya dan membiarkan air matanya jatuh mengalir tanpa henti.
Sekarang … aku tidak lagi punya ibu di sisiku yang akan memelukku ketika aku menangis seperti dulu.