“Apa yang kamu lakuin, Anggara?? Kenapa melipat semua surat cinta yang kamu terima jadi pesawat kertas??”
“Ah ini … aku bosan. Dan lagi surat cinta sebanyak ini, mana bisa aku balas. Jadi aku mau terbangin dan biar angin yang nanti bilang ke mereka kalo aku nggak bisa balas perasaan mereka.” Anggara bicara dengan sedikit tawa kecil.
“Kenapa nggak?? Surat-surat itu adalah bukti kalo kamu idola kampus, Anggara!!”
“Hahaha. Makasih untuk pujiannya tapi aku nggak suka cara ini. Aku nggak mau orang lain baca isi surat ini karena itu artinya sama kayak tanpa ijin lihat isi hati orang lain.”
Rosy yang sedang bertugas untuk membuang sampah, kemudian tidak sengaja melewati kelas di mana Anggara sedang bicara dengan teman dekatnya-ketua BEM. Anggara yang tidak tahu jika Rosy sedang lewat di bawah jendela kemudian melemparkan semua surat cinta yang dibuatnya menjadi pesawat kertas dan berjatuhan ke arah Rosy bak hujan kelopak bunga.
Hujan pesawat kertas itu kemudian membuat Rosy menengadah ke atas dan melihat ke arah Anggara. Untuk sejenak, pemandangan itu membuat Rosy teringat dengan kisah cinta milik Anjani yang pernah diceritakannya kepada Rosy.
“Hari itu … hujan pesawat kertas berjatuhan di atas kepala Ibu. Untuk sejenak, Ibu merasa pemandangan itu mirip hujan kelopak bunga dan Ibu mulai jatuh hati pada pangeran yang membuat pesawat kertas dan melemparnya ke arah angin sebelum akhirnya berjatuhan di atas kepala Ibu.”
Dan itulah alasan kenapa Rosy mulai menyukai Anggara. Kejadian itu mengingatkan Rosy akan kisah cinta Anjani yang dikaguminya. Tapi semenjak tahu mengenai rahasia Anjani, Rosy ingin sekali membenci semua hal tentang ibunya termasuk pesawat kertas dan band Dewa kesukaan Anjani.
Sayangnya Rosy tidak bisa melakukan hal itu. Tangannya akan reflek membuat pesawat kertas ketika menemukan kertas tidak terpakai dan mulutnya akan bersenandung ketika mendengar lagu-lagu band Dewa. Dan sekarang karena pesawat kertas itu, Anggara-pria yang menyandera hati Rosy justru datang kepadanya.
Buk! Laras memukul Rosy yang diam membeku karena kaget mendengar ajakan dari Anggara. “Kenapa kamu diam aja, Rosy?”
“Ah itu … “ Rosy kaget mendapat pukulan kecil dari Laras.
“Kenapa? Kamu nggak mau makan bareng aku, Rosy?” tanya Anggara.
Rosy menggelengkan kepalanya, karena masih kaget mendengar tawaran Anggara. “A-aku m-mau, Kak.”
“Kalo gitu nanti aku tunggu di resto jam empat sore.”
Setelah mendapatkan jawaban dari Rosy, Anggara pergi kembali ke tempat di mana teman-temannya berada dan kembali bermain basket. Sementara itu Laras yang terkejut mendapati Anggara lebih dulu mendekati Rosy dan mengajaknya makan bersama, heboh bukan main di samping Rosy.
“Kamu mimpi apa semalam, Rosy? Senior Anggara datang duluan padamu, itu benar-benar kayak mimpi!! Kalo kamu benar-benar jadian sama Senior Anggara, kamu harus nraktir aku makan, Rosy!! Selebaran itu aku yang melemparnya pada Senior Anggara!”
“ … “ Rosy yang masih kaget bukan main, hanya bisa diam mendengar Laras yang terus bicara dengan heboh.
Tak akan ada cinta yang lain
Pastikan cintaku hanya untukmu
Pernahkah terbersit olehmu
Akupun takut kehilangan … dirimu