BAHKAN JIKA CINTA INI

mahes.varaa
Chapter #7

USAHA UNTUK DEKAT

Kisah yang pernah Anjani ceritakan pada Rosy selalu membekas di ingatan Rosy. Cerita itu meski tidak terlalu sering diceritakan, tapi gambaran yang Rosy tangkap benar-benar jelas dan tertanam dengan baik di dalam otak Rosy. Ditambah lagi melihat hubungan baik Rama dan Anjani, membuat Rosy selalu mengira pria pembuat pesawat kertas dalam cerita Anjani adalah Rama. Tapi kenyataan berkata lain. Pria cinta pertama Anjani, nyatanya bukan Rama.

“Kenapa Ibu sangat suka sekali melipat pesawat kertas?”

“Pesawat kertas ini adalah cara Ibu bertemu dengan pangeran Ibu dulu.”

“Apa pangeran itu adalah Ayah?”

Dan setiap kali Rosy mengajukan pertanyaan itu, Anjani hanya akan tersenyum tanpa memberikan jawaban antara ya dan tidak.

“Hari itu … hujan pesawat kertas berjatuhan di atas kepala Ibu. Untuk sejenak, Ibu merasa pemandangan itu mirip hujan kelopak bunga dan Ibu mulai jauh hati pada pangferan pesawat kertas yang melempar puluhan mungkin ratusan pesawat kertas ke arah Ibu waktu itu.”

“Bagaimana caranya Ibu bisa jatuh cinta pada pangeran hanya karena pesawat kertas?”

“Bayangkan saja pesawat kertas ini berjumlah seratus atau seribu buah, lalu dijatuhkan dari atas dengan angin yang membawanya. Apakah kamu akan menyukainya, Rosy sayang?”

“Ya, Rosy suka, Bu. Rasanya mirip seperti hujan kelopak bunga.”

"Seperti itulah gambaran apa yang terjadi antara Ibu dan pangeran Ibu. Hujan pesawta kertas itu seperti pembawa cinta dan membuat Ibu jatuh cinta pada pangeran.

Semenjak tahu bagaimana gambaran indah mengenai hujan pesawat kertas yang merupakan kisah cinta Anjani, Rosy selalu melipat pesawat kertas dan berharap dirinya juga akan bertemu dengan pangerannya dengan cara yang sama.

Dan cerita itu membawa Rosy pada Anggara dan jatuh cinta padanya.

*

“Pemandangan itu kemudian terlupakan oleh Ayah, Basuki, Dimas dan Ardiana. Ayah juga mengira pertemuan singkat itu akan dilupakan oleh Dewa. Tapi ketika di tahun 1997 Anjani muncul sebagai mahasiswa baru di kampus kami, Dewa langsung mengenali Anjani meski hanya sekilas melihatnya di antara ratusan mahasiswa baru di fakultas kami.”

“Apa itu artinya pria bernama Dewandaru sudah menyukai Ibu?” Rosy yang awalnya kesal dan menganggap ibunya telah mengkhianatinya kini mulai hanyut dalam kisah cinta lama milik ibunya-Anjani.

“Entahlah.” Rama menggelengkan kepalanya. “Ayah tidak tahu. Tapi jelas kejadian di tahun 1995 itu menyisakan kesan yang mendalam dalam diri Dewa dan tentunya juga Ibumu.”

           

Tahun 1997

“Kenapa nggak jalan, Dewa? Katanya mau ke kelas?” Ardiana yang melihat Dewandaru tiba-tiba menghentikan langkah kakinya, bertanya pada Dewandaru dengan wajah heran. “Apa kali ini kamu menyukai salah satu dari mahasiswa baru di sana?”

“Di sana itu, kumpulan mahasiswa baru kan??” tanya Dewandaru.

“Apa kamu tidak lihat seragam hitam putihnya, Dewa?” Ardiana balik bertanya.

“Ya … di sana itu adalah kumpulan mahasiswa baru. Dimas dan Basuki yang ikut Senat Mahasiswa, sedang bertugas mengatur mahasiswa baru di sana,” jelas Rama.

“Ini menarik.”

“Menarik? Apanya?” Ardiana semakin heran melihat Dewandaru.

“Anak itu ternyata masuk ke kampus yang sama denganku. Takdir ini sungguh menarik sekali.”

“Takdir?? Takdir apanya?? Kamu ngomong apa sih, Dewa?? Aku nggak ngerti.”

Lihat selengkapnya