“Setelah itu … Ibumu terus menunggu Dewa seperti janji yang mereka buat. Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Tanpa terasa sudah waktunya Ayah, Dimas dan Basuki lulus kuliah.” Rama melanjutkan ceritanya. “Basuki dan Dimas kemudian mendapatkan kerja di luar kota sementara Ayah tetap di Jakarta dan sesekali mengunjungi Ibumu yang masih kuliah. Tahun demi tahun berganti dan Ibumu tetap terus menunggu Dewa kembali meski tahu penantiannya mungkin tidak akan berujung. Dan semenjak Dewa menghilang, Ibumu terus menulis surat untuk Dewa sebagai caranya menunggu Dewa.”
Tahun 2000
“Selamat untuk wisudanya, Anjani.” Rama yang masih tetap tinggal di Jakarta datang mewakili Basuki dan Dimas yang kini sibuk di luar kota dengan pekerjaannya, untuk mengucapkan selamat kepada Anjani. “Maaf Basuki dan Dimas gag bisa datang karena kerjaan mereka yang gag bisa ditunda.”
“Nggak papa, Kak. Kak Rama udah dateng aja, aku udah seneng banget.”
Rama memberikan buket bunga yang dibelinya kepada Anjani sebagai ucapan selamat. Anjani menerima buket bunga itu dengan senang hati.
“Nak Rama, makasih udah datang.” Ibu Anjani menyapa Rama.
“Ya, Tante. Saya tentu harus datang mewakili Dimas dan Basuki, Te. Anjani adalah adik kelas kesayangan kami.”
Setelah bicara panjang lebar dengan keluarga Anjani yang sudah dikenal Rama untuk waktu yang lama, Anjani bersama dengan Ayah, Ibunya dan Rama kemudian mengambil foto kelulusan Anjani dan foto bersama.
“Apa kamu masih menunggu Dewa, Anjani?” Rama bertanya ketika akhirnya bisa sedikit menjauh dari keluarga Anjani.
“Ya, Kak. Kak Dewa waktu itu udah janji. Jadi meski terlambat, Kak Dewa pasti datang menepati janjinya. Aku yakin Kak Dewa dan Kak Dian, baik-baik aja di luar sana.”
“Ya.”
Rosy mendengarkan dengan penuh mata berkaca-kaca sembari membayangkan penantian ibunya untuk janjinya bersama dengan pria bernama Dewandaru. “Setelah itu apa yang terjadi dengan Ibu? Ibu masih terus menunggu pria bernama Dewandaru itu?”
“Ya.” Rama menganggukkan kepalanya. “Ibumu terus menunggunya dan penantian Ibumu itu membuat Kakek dan Nenekmu khawatir. Jadi Kakek dan Nenekmu menemui Ayah dan mencoba bertanya tentang kabar Dewa. Sayangnya … Ayah juga sama tidak tahunya dengan Ibumu. Baik Ibumu, Ayah, Dimas dan Basuki, kami semua menunggu kabar dari Dewa dan Ardiana. Dan kabar itu, tak pernah datang.”
Awal tahun 2002
“Nak Rama.” Ibu Anjani sengaja menghubungi Rama dan meminta Rama untuk bertemu dan bertanya kepada Rama mengenai Dewandaru.