Dua hari kemudian.
Selesai dengan surat cinta milik Anjani, Rosy yang sudah selesai memilah barang milik Anjani kemudian mengirimkan barang-barang milik Anjani kepada penyalur. Sepulang dari mengirim barang milik Anjani yang disumbangkan, Rama-Ayah Rosy sedang menunggu Rosy di rumah.
“Aku pulang, Yah.”
“Sudah makan??” tanya Rama.
"Belum, Yah.”
“Mau Ayah masakkan makan malam? Nasi goreng, mau?” tanya Rama menawari.
“Boleh, Yah.”
Sementara Rama sibuk memasak nasi goreng untuk makan malam, Rosy sibuk membersihkan dirinya. Dan begitu Rosy selesai membersihkan diri, nasi goreng spesial buatan Rama sudah siap di meja.
“Ini dia, nasi goreng spesial buatan Ayah.”
Melihat nasi goreng buatan Rama yang dulu menjadi satu dari beberapa makanan favorit Anjani, Rosy bersama dengan Rama kemudian makan malam dengan tenang seolah Anjani masih ada di antara mereka seperti dulu. Keduanya makan dengan tenang, menikmati setiap suapan nasi goreng di sendoknya sembari membayangkan wajah bahagia Anjani yang sangat menyukai nasi goreng buatan Rama.
“Ayah menemukannya.”
Selesai makan malam bersama, Rama menghentikan Rosy yang hendak ke kamarnya dan mengerjakan tugasnya.
“Apa yang Ayah temukan?” tanya Rosy.
“Foto lama Dewa. Karena Ayah tidak banyak berfoto bersama mereka dan lebih sering menjadi juru foto, Ayah hanya memiliki beberapa foto lama Dewa.”
“Ayah sungguh menemukannya??” Mata Rosy berbinar-binar karena rasa ingin tahunya yang sempat tertahan untuk melihat bagaimana rupa pria yang membuatnya Anjani-ibunya jatuh cinta.
“Tentu aja. Ayah sudah janji sama Rosy. Tentu Ayah akan menemukannya gimana pun caranya.”
Rosy kemudian ikut Rama ke ruang kerjanya dan melihat beberapa buku lama di mana Rama menyimpan foto lama mengenai teman lamanya.
“Ini dia.” Rama memberikan beberapa lembar foto lama yang sudah menguning karena waktu dan mulai memberikan petunjuk tentang siapa saja yang berada di dalam foto itu. “Dari kanan ke kiri: Basuki, Dimas, Ardiana, Dewa, Ibumu dan Ayah. Dari banyak foto, hanya satu foto ini yang ada foto Ibumu di dalamnya.”
Sembari mendengar penjelasan Rama, Rosy memperhatikan wajah tiap orang di dalam foto lama itu dan matanya berhenti pada wajah pria bernama Dewandaru. Ini …
“Yah, bisa ulangi lagi urutannya??” Rosy berusaha memastikan.
“Dari kanan ke kiri: Basuki, Dimas, Ardiana, Dewa, Ibumu dan Ayah. Kenapa?? Apa wajah Ayah dan Ibumu berubah terlalu banyak sampe Rosy gag bisa ngenalin??”
Rosy menggelengkan kepalanya. “Bukan, Yah! Ayah dan Ibu tidak berubah banyak.”
Wajah ini … Rosy ingin mengatakan sesuatu yang muncul di dalam benaknya saat ini, tapi … Rosy yang masih belum merasa yakin dan punya bukti kuat, memilih untuk menahan mulutnya untuk tidak bicara lagi. Wajah ini, kenapa begitu mirip???
*