Bahrik

Rama Abdul Rasyid
Chapter #1

Kelahiran Sang Fajar

Di selatan negara Bahrik, terdapat suatu daerah yang bernama Garfal yang terkenal akan cengkehnya. Kala itu di suatu rumah suara tangis bayi terdengar seiring terbitnya sang fajar. Kelahiran anak itu membawa senyum serta tangis bahagia bagi kedua orang tuanya. Perlahan sang ayah menggendong sang buah hatinya dengan sangat hati-hati, dan dengan mata berkaca-kaca ia memandang wajah anaknya seraya berkata.

“Seperti waktu kelahiranmu nak, kelak kau juga akan membawa sang fajar bagi negara kita”. Ujar sang ayah kepada putranya dengan mata berbinar bahagia.

“Dengan menyebut nama sang pencipta, ayah menamaimu Avgi”. Lanjut sang ayah seraya memberikan nama untuk putranya.

18 tahun telah berlalu, Mentari sejajar dengan dahi, dihiasi hembusan angin serta kicau burung yang seakan menari menyambut pagi. Ponsel yang berada di atas meja ruang tamu tiba-tiba berdering menandakan seseorang tengah menelepon ke nomor yang ada di ponsel tersebut, perlahan tangan seorang wanita mengambilnya kemudian mengangkat panggilan tersebut.

“Hallo”. Suara lembut seorang wanita yang mengangkat telepon.

“Hallo bunda, hari ini ayah mau pergi ke Kanela selama beberapa minggu untuk bertemu klien ayah. Tolong kasih tahu Avgi juga ya bun, sama tanya mau dibawakan oleh-oleh apa nanti”. Ujar ayah dalam telepon.

“Oh,,, ya sudah, ayah hati-hati di sana ya, ingat jaga kesehatannya juga. Kalau pesan untuk Avgi nanti bunda sampaikan ya, soalnya anaknya lagi mandi”. Jawab bunda.

Tidak berlangsung lama telepon dari ayah pun berakhir. Dilihat dari raut muka bunda dan helaan nafasnya yang panjang, tampak jelas bahwa ia sudah mengerti dengan posisi suaminya tersebut, mengingat suaminya yang merupakan seorang pengacara tentu akan sangat sibuk di masa rezim yang berkuasa sekarang ini.

Disela renungan bunda terdengar suara pintu terbuka yang beriringan dengan suara air mengalir, seorang remaja tampan dengan tinggi 180cm, berbadan sedikit berotot, dan mengenakan celana boxer warna hitam keluar dari kamar mandi sambil mengusap rambutnya dengan handuk putih. Ialah Avgi, bayi kecil yang dulu kelahirannya disambut sang fajar.

Bunda yang mengetahui bahwa anaknya telah usai mandi pun memanggilnya untuk memberi tahu kabar dari sang ayah barusan. Mendengar panggilan sang bunda, Avgi yang belum ganti baju pun segera menghampirinya. Kala itu ia diberitahu bahwa sang ayah tidak akan pulang ke rumah untuk beberapa minggu ke depan. Namun, ketika bicara soal oleh-oleh, sambil tersenyum anak tersebut menjawab bahwa ia tidak ingin oleh-oleh apa pun, yang penting sang ayah kembali pulang dengan selamat itu pun sudah lebih dari cukup.

Disela percakapan ibu dan anak itu, tiba-tiba terdengar suara ketuk pintu dari luar disertai suara seorang pria yang memanggil nama Avgi. Mendengar suara panggilan itu Avgi pun bergegas menghampiri pintu depan dan membukanya. Ketika pintu di buka, terlihat seorang pria dengan seragam sekolah lengkap berdiri di depan pintu. Pria itu adalah Fala, teman sekolah Avgi di Galfar.

“Lah, jam segini kamu masih handukan Gi? Cepetan siap-siap udah kesiangan ini!”. Ujar Fala menyuruh sobatnya itu untuk cepat bersiap.

“Iya bentar aku ganti baju dulu, tunggu ya Fal”. Jawab Avgi.

Avgi pun masuk rumah dan menuju kamar dengan terburu-buru, sang ibu yang keheranan dengan tingkah anaknya pun bertanya.

“Kalian pada mau ke mana nak?”. Tanya bunda penasaran.

Avgi kemudian menjawab bahwa ia akan mengikuti ujian seleksi Universitas. Mendengar jawaban dari anaknya membuat bunda teringat bahwa anaknya ini telah lulus sekolah dan sudah siap untuk kuliah. Akan tetapi, ketika sang ibu ingin menanyakan Avgi akan mendaftar di Universitas mana, tiba-tiba Avgi langsung memberikan salam pada ibunya sebab ia sedang di kejar waktu.

Lihat selengkapnya