Bahrik

Rama Abdul Rasyid
Chapter #4

Sinar Rembulan Koumi

Dalam keagungan puncak ketinggian itu riuhnya senandung pohon yang diterpa angin, seakan alam sedang memeluk sukma serta hangatkan raganya. Sebuah senyum yang penuh dengan kepuasan terlihat jelas di wajahnya yang rupawan, teriak bahagia menggema seakan semesta sedang bicara padanya, serta dikala ia melihat samudera mega yang segarkan jiwa petualangnya, di situlah ia bersyukur karena telah dilahirkan di tanah indah Bahrik. Dialah Arumi, wanita kelahiran Kota Koumi yang telah berhasil menaklukkan puncak tertinggi Bahrik. Arumi adalah seorang wanita cantik yang sangat mencintai keindahan alam di Negaranya, petualangan demi petualangan menambah rasa cintanya terhadap tanah air tercinta. Karena sering menaklukkan alam raya serta kecintaannya pada alam dan alam pun bagaikan mencintainya, orang-orang terdekat Arumi sering memanggil dia dengan sebutan Sang Dewi Alam.

Siang itu di keramaian stasiun yang berbalut dengan suara lajur kereta api dan semerbak wangi roti yang khas stasiun kereta api, Arumi keluar dari pintu sebuah gerbong sambil menggendong tas gunungnya, tampak ia telah pulang ke kota kelahirannya. Di perjalanan pulang, masih di sekitar stasiun Arumi melihat seorang nenek tua yang sedang duduk terbungkuk sembari menyodorkan tangannya meminta sedikit belas kasihan orang-orang yang melintas di depannya, kala melihat nenek tua itu ia langsung menghampirinya.

"Nenek. Ini ada sedikit roti buat nenek sama ini sedikit uang buat beli makanan kalo nenek masih merasa lapar". Ujar Arumi sambil memberikan sebuah roti dan uang dari tasnya.

"Terimakasih cu..semoga berkah dan tuhan memberikan rezeki lebih padamu cu.. terimakasih..". Jawab nenek tua itu dengan nada lirih sembari mengucurkan air mata bahagia.

Tampaknya selain sifat Arumi yang cinta terhadap alam, ia juga memiliki sifat cinta tehadap sesama yang tinggi pula. Arumi yang masih berpakaian lusuh sehabis mendaki, ia berdiri di tepi jalan dan menunggu taxi lewat. Dalam penantiannya, Arumi melihat di sekitar stasiun tempatnya berada dan ia terpikir sungguh malang nasib negerinya ini. Banyak orang yang banting tulang untuk bertahan hidup. Di sela pikirnya, taxi pun tiba dan Arumi pun pulang ke rumahnya.

Sesampainya di rumah, Arumi mengetuk gerbang meminta Mang Teo penjaga rumahnya untuk membukakan kunci gerbang itu.

"Ehh non rumi udah pulang". Ujar Mang Teo sambil membukakan gerbang.

"Hehehe iya nih mang". Jawab Arumi sambil tertawa kecil.

"Ehh mang, ini Arumi beliin sarung buat mang Teo biar jaga malamnya gak kedinginan". Lanjut Arumi sambil memberikan bingkisan berisi sarung ke penjaga rumahnya itu.

"Waduhhh pengertian pisan euy non rumi, hatur nuhun ya non". Ujar Mang Teo berterima kasih pada anak majikannya itu.

Arumi pun masuk ke dalam rumah, di dalam rumah terlihat ibunya sedang menyiapkan makanan untuk menyambut kepulangannya, serta terlihat adik-adik Arumi yaitu Paro dan Moio yang sedang asyik bermain.

"Mahhh. Arumi pulangg..". Teriak Arumi memberi tahu kepulangannya pada sang ibu.

Mendengar suara Arumi, ibu serta adik adiknya itu segera menghampiri dan memeluk Arumi.

"Tetehhhhh". Teriak gembira kedua adiknya.

"Ehhh neneng cantiknya mamah udah pulang". Sapa sang ibu sembari memeluknya.

Hari itu suasana rumah menjadi hangat, penuh canda dan cerita, semua orang yang ada di rumah itu terlihat sangat ceria karena mendengarkan kisah petualangan sang dewi alam tersebut.

Lihat selengkapnya