Bahrik

Rama Abdul Rasyid
Chapter #7

Tunas Duri

Hari ini semua anggota Kathari serta sang presiden dihadapkan dengan pilihan yang sangat berat, raut muka dilema terpampang jelas di wajah mereka. Ternyata mereka menemukan kebuntuan dalam rencana yang telah tersusun rapi selama ini.

"Bagaimana ini pak? rencana yang telah kita rancang sedemikian rupa, tanpa kita sadari kini telah mencapai titik buntu. Bahkan perusahaan yang bekerja sama dengan kita pun kesulitan menghadapi kebuntuan ini". Tanya salah seorang anggota Kathari.

   Mendengar hal itu Klef hanya diam membisu sambil mengerutkan keningnya. Dikala semua orang sedang sibuk dengan kebuntuan itu, Klef justru sudah mendapat jawaban dari semua kebuntuan itu. namun, dalam pikirannya ia diberatkan dengan dua pilihan yang tentunya sangat berdampak besar terhadap masyarakat. Serta masalahnya, kebuntuan ini terjadi akibat kurangnya dana yang mereka perlukan untuk seleksi.

"Saudaraku sekalian. Dalam masalah ini saya mendapatkan dua jawaban untuk memecahkan masalah ini, dan saya ingin kita merundingkannya kembali untuk menentukan mana yang akan kita pilih". Ucap Klef meminta semuanya ikut berpikir.

"Pilihan pertama adalah kita menghentikan seleksi ini namun, dampaknya akan sangat fatal sekali bagi negara kita dan pilihan kedua adalah kita melanjutkan seleksi ini namun, dampaknya masyarakat akan sangat tersiksa sampai seleksi ini berakhir. Bagaimana menurut kalian?". Jelas Klef sembari bertanya kepada orang di seisi ruangan tersebut.

Setelah mendengar penjelasan darinya, mereka mulai berpikir dan bertanya-tanya perihal dampak yang ada di kedua pilihan tersebut, Klef kemudian menjelaskan kembali dampak apa saja yang ada di kedua pilihan tersebut.

"Dampak dari pilihan pertama adalah masyarakat akan kehilangan kendali mereka, sistem pemerintahan akan hancur karena kurangnya kemudi di berbagai bidang dan akan sulit dan butuh waktu yang lama untuk pulih kembali bahkan besar peluang hancur". Ucap Klef menjelaskan dampak pilihan pertama.

"Dampak dari pilihan kedua adalah masyarakat akan tersiksa dengan kebijakan kita nanti, yang akan menaikkan pajak dan harga pasar. Namun dampak ini hanya bersifat sementara". Lanjut Klef menjelaskan dampak pilihan kedua.

   Mendengar hal itu semuanya tampak paham dengan masalah ini, mereka beranggapan bahwa jika pilihan pertama dijalankan akan butuh bertahun-tahun untuk menjadikannya normal kembali dan tentu itu semua membutuhkan dana yang lebih besar lagi dan belum tentu juga pemerintahan akan menjadi baik. Namun, apabila pilihan kedua yang diambil apakah masyarakat mampu bertahan selama seleksi masih berjalan. Setelah berpikir cukup panjang beliau akhirnya menemukan secercah harapan.

"Saudaraku untuk mencapai tujuan kita, tentunya kita harus melakukan pengorbanan, maka dari itu pendapat saya kita harus memilih pilihan kedua". Tegas Klef menjelaskan pilihannya.

   Perkataan beliau sontak membuat semua orang kaget, bagaimana bisa sosok penyayang rakyat sepertinya rela melihat rakyat yang beliau sayangi tersiksa.

   Tak berselang lama, semua orang kembali dikejutkan oleh pernyataan Klef selanjutnya.

"Tetapi untuk mengurangi penderitaan pada rakyat, sebagai gantinya apakah kalian rela hanya dibayar dengan 3x makan sehari dan tidak lebih dari itu". Tegas Klef penuh tekad.

   Seisi ruangan itu pun tercengang dengan kejutan demi kejutan yang beliau berikan pada mereka. Banyak dari mereka yang keberatan dengan keputusan beliau, sebab selain makan, banyak kebutuhan yang mereka perlukan dalam kehidupan sehari-harinya seperti keperluan rumah contohnya. Namun, sang presiden berhasil membujuk mereka supaya bisa mendukung keputusannya.

"Apakah kalian tega melihat rakyat menderita sementara kalian di sini bisa foya-foya?!! Jika kalian seorang pemimpin, kalian harus ikut menderita seperti rakyat kalian, itu baru namanya sistem yang adil. Dan jika kalian hanya mementingkan diri kalian sendiri, apa bedanya kalian dengan para pejabat korup yang kemarin-kemarin duduk di meja ini!". Tegas beliau dengan rasa keadilannya.

"Kita sebagai pemimpin tak harus melulu mengorbankan rakyat, kita sendiri pun bisa dikorbankan untuk mencapai kesejahteraan. Jika ada yang tak sependapat, pintu itu selalu terbuka untuk kalian keluar". Lanjut Klef kembali menegaskan.

   Mendengar hal itu semua orang di sana tertunduk malu dengan pikirannya, rupanya perkataan Klef sang pemimpin Bahrik berhasil menyentuh hati nurani mereka. Pada akhirnya dirapat itu mereka memilih pilihan yang berat di mana mereka dan rakyat sama-sama melakukan pengorbanan.

   Sisi lain di balik ketegangan rapat penentuan, di sisi yang lebih gelap dan tersembunyi musik terdengar menyelimuti area di sebuah gang kecil di daerah Kanela, wangi masakan di sana seakan menggugah rasa lapar orang-orang. Dari kejauhan, tampak seorang pria mengenakan jubah yang menutupi hampir seluruh tubuhnya, orang itu masuk ke dalam kedai yang bernama KORAX. itulah nama yang terpampang jelas di plang atas pintu kedai dengan logo bunga dengan dua pedang bersilang dan sepasang sayap burung hitam. Dalam kedai itu, orang misterius tadi duduk berhadapan dengan seorang pelayan kedai. Tampak dari gerak bibirnya, pria itu seperti mengucapkan sebuah kode rahasia pada pelayan dan tampaknya pelayan itu pun mengerti dengan kode yang di ucapkan pria itu. Tak lama pria itu pun di tuntun menuju sebuah pintu rahasia di area dapur. Dari luar tampak sebuah kulkas besar berdiri menjulang namun, ketika pelayan membukanya, terlihat langsung bahwa ada jalan menuju area bawah kedai. Setelah itu, orang misterius itu di persilahkan masuk.

Lihat selengkapnya