Lembur dua jam, membuat Olivia semakin semangat untuk menyelesaikan target kerjanya. Karena bayarannya yang sesuai, perusahaannya adil jika soal keuangan. Bahkan bos-nya royal. Yang menyebalkan hanya orang samping kanan dan kirinya.
Pluk!
Seseorang melemparkan sebuah gulungan kertas ke arah kepala Olivia. Dengan sebal ia segera meraihnya dan membacanya.
"Hai wanita berwajah manis, dengan bulu mata cetar membahana, original tanpa bantuan eyelash. Ijinkan aku memberikan sebuah tawaran indah padamu. Maukah kau pulang bersamaku nanti?" Ucap Olivia dalam hati seraya membaca dengan saksama.
Matanya berbinar bukan main, karena surat itu dari Mada, crush gaibnya.
"Ngomong langsung aja sih, masih jaman surat-suratan, kaya masih jaman purba aja," balas Olivia dengan kencang dan sok menggoda.
Sementara yang ada di ruangan itu hanya bertiga yang ambil lemburan.
"Anak 90-han harusnya senang dong, diajak nostalgia sama gue," protes Mada.
"Gen Z sok banget, bukannya seumuran kalian lebih suka to the point dan modern? Ini bukan jaman batu lagi, Mada," balas Olivia seraya kembali fokus ke layar terpaksa eh terpaku, alias komputer.
"Eh, lo berdua bisa pada mingkem gak mulutnya? Berisik banget cuma berdua juga, udah kaya tawuran aja," sahut seseorang.