BAITI JANNATI

JWT Kingdom
Chapter #4

Pemuda Surga

Alifa membaca pesan.

"InsyaAllah, dia laki-laki yang baik, bertanggung jawab dan sholeh. Dia serius cari jodoh."

Begitu pesan what'sapp dari Sesti. Sahabat lama, dulu pernah kuliah bareng Alifa menempuh D3.

Alifa berdehem, pesan WhatsApp itu dirasa menggelitik. Lama tak bertemu Sesti, tiba-tiba tersambung komunikasi lagi hingga berlanjut pada pembicaraan unik.

Alifa masih lajang. Padahal usianya 38 tahun. Bukan usia santai untuk seorang jomblowati.

"Aku masih berduka, ibuku meninggal. Ini menuju 40 hari. Aku belum mikir kenalan sama cowok apalagi cari jodoh," jawaban Alifa melalui pesan what'sapp untuk Sesti.

"Innalilahi wa inna ilaihi rooji'uun ...," pesan balasan dari Sesti diiringi emoticon sedih, "Aku gak tahu, Mbak. Semoga husnul khotimah ya. Mbak yang sabar dan tabah."

"Iya, Sesti. Terimakasih juga sudah mau memperkenalkan aku sama teman kamu. Tapi untuk saat ini, aku belum siap kenalan sama siapapun," balas Alifa.

Obrolan selanjutnya tentang seorang lelaki yang hendak dikenalkan pada Alifa. Dalam hal ini, Sesti ibarat Mak comblang.

"Dia temanku sekolah SMP. Nama lengkapnya Muhammmad Agus Irsyad. Sekarang usianya 35 tahun dan masih lajang. Pekerjaannya di kafe dan sambil Grab. Dia bilang serius cari jodoh. Kalau mbak punya waktu, dia nanti akan menghubungi Mbak langsung, dan tentu kalau Mbak sudah benar-benar siap."

Sebentar kemudian, pesan what'sapp dari Sesti menampilkan beberapa foto dari laki-laki yang dimaksud. Alifa mengamati foto-foto di layar handphone.

Laki-laki yang manis. Tapi benar-benar hati Alifa sedang tidak mood sama sekali. Pikiran terbayang kembali pada almarhumah ibu yang belum lama ini meninggalkan dunia fana beserta isinya.

Dirundung duka dan bersalah, Alifa terngiang setiap ucapan ibu agar segera menikah hingga obrolan sering berubah menjadi perdebatan kecil. Kemudian Alifa ngambek.

"Justru Mbak sedang berduka, akan lebih baik banyak cerita dan berkomunikasi. Jangan berlarut-larut dalam duka ya, Mbak."

Pesan what'sapp dari Sesti, ada baiknya membukakan pintu hati Alifa yang selama ini tertutup rapat. Alifa pun paham niat baik Sesti untuk memperkenalkan seorang temannya.

"Iya, Sesti. Insyaallah, nanti kalau sudah siap. Saya terima perkenalan dari dia," balas Alifa.

"Jadi, Mas Agus Irsyad namanya?" sekedar meyakinkan tidak salah orang, untuk detik ini, Alifa menyimpan nama itu di ingatan.

"Iya, Mbak. Nah, gitu dong ... Membuka hati, itu kuncinya," balas Sesti dengan tambahan emoticon bersyukur dan senang, "Yuk istirahat dulu. Besok sambung lagi. Wassalamu'alaikum," kata Sesti.

"Waalaikum salam, Sesti. Selamat beristirahat," balas Alifa.

Kemudian obrolan what'sapp berhenti lantaran malam menunjukkan pukul 21.00 WIB.

Kesendirian kembali merundung Alifa di kamar yang hening. Merenungi kejadian demi kejadian dalam kehidupannya. Tiba-tiba ingatan kembali pada setiap kegagalan menempuh jalan jodoh. Tidak seperti teman-teman lain, kini mereka sudah memiliki keluarga dan anak-anak. Sedangkan Alifa masih menyendiri, bukan tak mau menikah. Tetapi sulit bagi dia untuk menikah. Sulit bertemu dengan lelaki yang cocok dan nyambung.

Bip!

Bip!

Tiba-tiba suara pesan dari inbox facebook berbunyi. Siapa semalam ini berkirim pesan. Tanpa terasa, waktu menunjukkan pukul 22.00 WIB. Iseng rada malas, Alifa membuka pesan dari inbox Facebook tersebut.

"Assalamu'akum, Ukhti."

Satu kalimat sapa dari profil asing yang berkirim pesan. Bukan dari listing teman. Profil seorang laki-laki. Dari ikon pesan inbox, gaya manis dan tampak seraut wajah tersenyum. Alifa tiba-tiba tertarik untuk membalas pesan dari profil tersebut.

"Wa'alaikum salam," balas Alifa.

Lihat selengkapnya