Blurb
Andara Senja, sebagai seorang penikmat senja. Dirinya harus merelakan keindahan senja sore itu menjadi kelabu. Tak pernah terbayangkan sebelumnya, sang ibunda harus menginap kembali di rumah sakit. Bahkan lebih intensif, di ruang perawatan HCU (High Care Unit).
Jarak ratusan kilometer tak mungkin untuk dirinya segera menghampiri ibunda tercinta. Terlebih kondisi kehamilannya yang akan memasuki trisemester ketiga. Sang imam, Samudera Bakti, memintanya bersabar. Menunggu hingga jadwal keberangkatan kereta yang telah mereka pesan jauh sebelum kondisi ibunda memburuk.
Senja mulai gelisah. Menunggu terlalu lama membuatnya semakin resah. Perang batin mulai menghampiri. Beragam kalimat perumpamaan mulai mencuat. Memenuhi isi pikirannya. Ia sadar dan paham betul, konsekuensi dari pilihannya menikah. Namun, saat gejolak batin menghampiri, ia kalut.
Samudera Bakti, dosen muda yang energik dan penuh ide untuk membuat penelitian. Harus lebih berhati-hati dalam bertutur kata. Pasalnya sang istri, Andara Senja, terlalu peka dalam setiap aksara yang keluar dari mulutnya. Ditambah keadaan ibunda Senja yang naik turun selepas puterinya itu dipinang olehnya.
Asam manisnya bahtera rumah tangga telah menghampiri selepas berlayar ke tengah samudera. Namun, hal terberat bagi keduanya adalah dalam urusan berbakti. Bagi senja, haruskah dirinya memilih untuk lebih berbakti pada orang tua atau suaminya? Sedangkan bagi Bakti, tak bisa kah Senja lebih berbakti pada dirinya dan mengerti posisinya?