Bakti Senja

Ayu Atikha Reinaty
Chapter #2

Bab 1 | Senja Kelabu

Lembayung senja telah terbentang di ufuk barat. Udara yang sejuk. Embusan angin yang lembut. Gemuruh riang kicauan burung yang saling berpamitan menuju sangkarnya masing-masing. Benar-benar suasana yang cocok untuk berkontemplasi.

Bunyi notifikasi memecah keheningan sore. Senja dan Bakti masing-masing mengambil smartphone. Membuka pesan dari grup keluarga Senja. Mata sang istri masih terpaku menatap layar ponsel. Sedangkan Bakti mulai cemas membaca informasi di sana. Segera ia alihkan pandangannya menuju sang pelengkap iman.

"Dik ...," panggilnya. Senja meletakkan ponsel dan membalas sapaannya seraya tersenyum.

"Enggak ... apa-apa?" Lidah Bakti kelu, sedetik kemudian ia menyesali pertanyaan yang tiba-tiba terlontar dengan menggigit bibir bawahnya.

Lagi ... Senja hanya bisa tersenyum dan mengembuskan napas. Pesan itu mengusik pikirannya. Keindahan senja sore hari ini harus ditutup dengan kelabu notifikasi.

Regina Trikusuma

[Ibu masuk ICU]

Begitu pesan yang singkat dari adik Senja. Siapa yang tak khawatir, saat mendengar kabar bila orang yang selama ini mengandung, melahirkan, dan menyusui harus berada di ruangan ICU? Dimana ruangan itu sangat identik dengan kondisi seseorang yang tidak sadar dan tidak dapat memberikan respon apapun. Senja masih belum bisa menerima kabar itu, pasalnya tiga hari sebelumnya. Ia masih berbincang-bincang dengan ibunda lewat video call.

Andara Senja

[Gimana keadaan Ibu?]

Regina Trikusuma

[Masih di IGD. Masih diobservasi.]

Andara Senja

[Kamu sama Ayah jangan lupa pada makan. Ini udah sore. Kabari kalo udah dipindah ke ruang perawatan.]

ICU. Satu kata itu kembali mengusik pikiran Senja. Yang ia tahu ... ruangan itu sangat steril dan intensif. Pendamping pasien yang akan masuk ruangan harus mengenakan pakaian khusus dan terbatas jumlah penunggunya. 

"Bila Regina yang menemani Ibu di ruang perawatan, bagaimana dengan Ayah? Ayah tak mungkin bisa berjauhan dengan Ibu dalam kondisi seperti ini." Batin Senja. "Dimana Ayah akan istirahat? Ruang tunggu umum?"

Saat Senja masih sibuk dengan pikirannya. Bakti mencoba membuka suara.

"Dik ... kalo kita pulangnya sesuai dengan jadwal keberangkatan kereta yang udah kita pesen aja gimana?"

Senja diam. Dari lubuk hati terdalam, ia ingin bersegera menjumpai orang tuanya. Tapi disisi lain ada amanah yang harus dijaga. Di dalam perutnya ada seorang makhluk kecil. Tak mungkin ia memutuskan untuk bepergian sendiri dengan jarak tempuh sekitar enam jam perjalanan menggunakan kereta api.

"Oke," hanya itu yang bisa Senja ucapkan sekarang. Pikirannya masih kalut.

Senja tak bisa memejamkan matanya, berbagai posisi tidur telah dilakukan. Namun, tak ada satu pun yang berhasil membuatnya terlelap. Perlahan-lahan Senja bangkit dari posisi tidurnya. Dilihatnya sang suami telah berada di alam mimpi. Tanpa membuat banyak gerakan di kasur. Senja mengambil ponsel yang berada di atas nakas tepat di samping Bakti.

Lihat selengkapnya