Paula
[Assalamu'alaikum Dik.]
Tiba-tiba Kak Paula mengirim pesan pribadi ke Senja. Sebelumnya sang kakak ipar banyak memberikan kabar tentang perkembangan sang ibunda di grup keluarga. Mulai dari visitasi dokter spesialis penyakit dalam dan dokter spesialis syaraf. Penjelasan mereka terkait kondisi terkini sang ibu mertua. Hingga mengatakan bahwa Bu Rahayu perlu donor darah karena kadar hemoglobinnya di bawah normal.
Senja mulai berpikir yang tidak-tidak. Apakah sang ibunda mengalami suatu hal yang buruk hingga Kak Paula mengirimkan pesan secara pribadi? Apakah Senja bisa menerima kabar itu? Kedua tangannya seketika mendingin. Degup jantungannya mulai memainkan irama yang tak beraturan. Ditambah kondisi rumah Senja yang sepi. Sang suami sedang berada di kampus memberikan pembekalan KKN untuk mahasiswanya.
Paula
[Maaf sebelumnya.]
Lagi ... Kak Paula mengiriminya pesan. Isinya masih belum bisa Senja prediksikan kemana arah perbincangannya.
Malah ... Senja mulai berpikir, "Apa jangan-jangan kondisi ibu makin tidak bagus?"
Beberapa kali Senja menelan ludah, mencoba membuat sugesti yang positif. Namun, tidak bisa. Keringat dingin mulai bermunculan di sekitar wajahnya. Bahkan kakinya pun mulai terasa tak lagi hangat. Listrik yang mati di rumahnya sukses membuat suasana semakin kelabu. Senja mulai tak sabar. Kak Paula masih mengetik pesan, ditandai dengan munculnya notifikasi is typing ....
Senja mencoba kembali menenangkan diri dengan mengatur nafas. Mensugestikan diri dengan kalimat positif. Sayangnya ia masih khawatir. Berbagai cara telah dilakukan Senja guna meminimalisir pikiran negatif. Akhirnya ia mengafirmasi diri, apabila nanti kabar buruk yang muncul, Senja harus bisa menerima kenyataan bahwa sang ibunda bukan miliknya. Tapi milik Sang Kekasih Hati. Ia harus siap dan ikhlas melepaskan. Tak lama kemudian muncul notifikasi pesan dari Kak Paula.
Senja belum berani membukanya. Didiamkannya dulu pesan itu. Hingga dua detik kemudian, ia mengumpulkan segenap keberanian membukanya.