BALADA KAKEK VS NENEK

Embart nugroho
Chapter #4

Chapter 3

Gue kira nenek cuma bakal jadi bintang tamu lokal. Ternyata, nenek gue diundang ke PBB buat pidato khusus. Gue bilang, “Nek, ini forum dunia. Semua negara dengerin.”

Nenek jawab santai, “Ya udah, biar dunia tau nenek juga galau.”


ADEGAN DI GEDUNG PBB

Sesi dimulai, semua delegasi serius. Ada yang bahas perubahan iklim, ada yang bahas perdamaian dunia. Pas giliran nenek… dia naik podium sambil nenteng kipas tangan dan minyak kayu putih.

Kalimat pembuka nenek:

“Halo dunia… ada yang punya colokan? HP nenek lowbat.”

Semua kepala negara bengong. Gue di kursi belakang cuma bisa tutup muka.


ISI PIDATO

Seharusnya nenek bahas isu global, tapi yang keluar malah curhat:

“Perdamaian dunia itu penting. Sama pentingnya kayak perdamaian antara cucu sama mantunya.”

“Kalau bumi panas, solusinya gampang: pasang kipas angin. Jangan kayak kamar nenek, AC rusak tapi tetep nyala.”

“Dan tolong… jangan ada lagi perang. Karena kalau perang, harga cabe naik.”

Delegasi negara-negara? Tepuk tangan berdiri! Ada yang nangis karena ngakak.

 

KECOBAAN DI TENGAH PIDATO

Tiba-tiba mikrofon nenek mati. Biasanya panitia langsung benerin. Nenek? Dia teriak kenceng pake toa darurat yang di bawanya dari rumah:

“TES TES… bisa kedengeran nggak?!”

Satu gedung PBB auto histeris ketawa.

 

EPILOG

Besoknya headline dunia rame:

CNN: “Grandma President Steals the Show at UN Assembly.”Kompas: “Pidato Nenek Galau, Bikin Harga Cabe Jadi Isu Global.”Twitter trending: #NenekAtUN

Gue? Resmi ganti profesi jadi translator internasional khusus menerjemahkan bahasa “galau nenek” ke bahasa diplomatik.

Gue kira level internasional di PBB udah puncak. Ternyata, alam semesta juga kepo sama nenek gue. Malem-malem, pas nenek lagi rebahan sambil nonton sinetron, tiba-tiba ada cahaya terang masuk kamar.

Nenek bukannya panik, malah bilang:

“Eh… PLN mati lagi ya? Kok lampunya ganti sinar UFO?”

Lihat selengkapnya