Warung kopi di pinggir jalan itu selalu ramai tiap pagi. Bapak-bapak nongkrong sambil merokok, gelas kopi kental hitam mengepul di meja kayu, dan suara gaple beradu ceklek-ceklek terdengar nyaring. Obrolannya tak jauh dari politik, harga beras, sampai gosip artis dangdut.
Semua berjalan normal… sampai pintu warung berderit keras.
Seorang nenek masuk dengan langkah mantap, seperti model catwalk yang tersesat ke tempat salah. Dialah Nenek Galau.
Penampilannya sungguh luar biasa: kacamata hitam kebesaran yang lebih cocok dipakai artis sinetron, sandal jepit warna-warni yang tidak serasi sama sekali, dan tas belanja bolong di ujungnya. Rambutnya dicepol tinggi, tapi banyak anak rambut mencuat seperti antena televisi zaman dulu.
Semua bapak di warung otomatis berhenti main gaple. Kopi yang hendak diteguk mendadak berhenti di udara.
“Mas! Kopi satu, jangan banyak gula. Jantungku sudah cukup manis… dengan kenangan mantan.”
Kalimat itu meluncur dari bibir Nenek Galau dengan percaya diri.
Sunyi. Hening.
Lalu… meledaklah tawa. Bapak-bapak sampai batuk, ada yang nyembur kopi ke temannya, dan bahkan tukang kopi hampir jatuh karena salah tuang air panas.
Nenek tidak peduli. Ia mengeluarkan HP jadul dari tasnya—Nokia 3310 yang casingnya sudah penuh coretan spidol. Dengan wajah serius, ia pencet-pencet tombolnya seolah sedang kirim pesan rahasia ke PBB.
Tiba-tiba ia berdiri, menarik napas, lalu bernyanyi dengan suara serak-serak basah.
“Saaaaranghae… Boyolali Tanpa Senyuuummmm…”
Suara fals itu menggema di warung. Seorang bapak yang lagi main gaple sampai menjatuhkan kartu dari tangannya.
“Itu… itu BTS ya, Nek?” tanya salah satu pengunjung dengan wajah bingung.
Nenek mengangguk mantap. “Iya! Aku ini fans garis keras BTS. Boyolali Tanpa Senyum!”
Warung pecah lagi oleh gelak tawa. Ada yang ngakak sambil tepuk meja, ada yang saking kerasnya ketawa sampai air matanya keluar.
Namun Nenek Galau tidak berhenti. Ia mendadak menggoyang tubuhnya. Maksud hati meniru tarian K-pop, tapi hasilnya lebih mirip patung ondel-ondel yang kesenggol truk lewat. Tubuhnya kaku, tangannya bergerak setengah hati, dan ekspresinya lebih banyak menunjukkan lelah daripada energik.
Bapak-bapak sudah tak sanggup menahan tawa. Semua mengeluarkan HP untuk merekam momen itu. Tukang kopi sampai gemetar, takut salah nuang lagi karena terbahak-bahak.
Sejak pagi itu, warung kopi yang biasanya jadi tempat gosip politik berubah fungsi. Bukan lagi tentang siapa calon lurah, atau harga beras naik. Hari itu, semua orang hanya membicarakan satu hal: aksi panggung Nenek Galau.
Dan tanpa disadari… rekaman itu akan segera jadi viral.
VIRAL DADAKAN
Sehari setelah kejadian di warung kopi, suasana kampung mendadak heboh. Semua anak muda sibuk menatap layar HP mereka. Video seorang nenek dengan gaya K-pop ala “patung ondel-ondel kesetrum” mendadak memenuhi beranda media sosial.
Di video itu, terlihat jelas Nenek Galau bernyanyi keras dengan penuh penghayatan:
“Saaaaranghae… Boyolali Tanpa Senyuummmm…”
Caption-nya bikin ngakak berjamaah:
“Kalo BTS punya Army, Nenek ini punya TNI (Tertawa Nggak Inget diri).”
Anak-anak remaja kampung mendadak kagum.
“Eh, itu kan neneknya Tio?” seru salah satu anak SMP.
“Gokil banget! Nenek-nenek bisa trending, woy!”
Para ibu-ibu arisan langsung ikut nimbrung. Mereka memuji, tapi dengan gaya khas sinis.
“Waduh, nenek itu kok bisa viral ya? Padahal aku joget pocong challenge aja nggak ada yang nonton.”
“Yah, mungkin karena wajahnya unik, Bu. Kalo njenengan… ya gitu.”
Sementara bapak-bapak yang kemarin jadi saksi langsung ikut bangga. Ada yang pamer ke tetangganya: