Balada Perawan Tua

Da Pink
Chapter #2

#2 Mood Swing

Dua belas tahun kemudian, 2021.

Satu per satu sahabat yang begitu dekat dengan Sarah, mulai menapaki biduk rumah tangga masing-masing. Amanda, Lena, dan akan datang Dania. Kini gadis itu harus berusaha dengan sekuat tenaga membesarkan hati sendiri, sebab hidup mesti tetap terus berjalan.

Jika di waktu-waktu yang telah lalu, Sarah sama sekali tidak peduli perihal apa yang orang lain katakan. Akan tetapi berbeda dengan sekarang, semua mulai menjadi buah pikiran, sehingga membuat gadis itu ingin berkata kepada Dania agar mengundur saja hari bahagianya. Tunggulah agak sebentar, setidaknya hingga Sarah pun telah menemukan lelaki yang berhasil meraih hatinya tanpa ada ragu yang masih tertambat. Namun, ia tak sanggup mengucapkan keinginan itu. Sadar, usia mereka sudah semakin tua, terlalu zalim jika harus mengorbankan Dania hanya untuk menemaninya melajang.

Ponsel terus saja berdenting, percakapan di grup whatsapp mereka mendominasi sekali jika dibandingkan grup-grup lain. Sarah akhirnya memutuskan untuk mematikan daya benda pipih itu, terlalu mengganggu konsentrasi. Ia tengah melakukan pekerjaan penting, memelototi siaran televisi lokal yang melanggar aturan main dari Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Sumatera Barat.

Selaku staf bagian Komisioner Bidang Pengawasan Isi, Sarah harus jeli menemukan hal-hal yang melanggar. Oleh karenanya, ketika sedang bekerja ia akan sangat jarang sekali membaca percakapan di grup whatsapp ataupun pesan-pesan yang masuk melalui jalur pribadi.

“Ah, mereka selalu mengulang tayangan dan terus mengurangi iklan layanan masyarakat lokal!” Sarah menulis dengan geram di buku catatan yang sudah terisi hampir tiga per empat bagian. Gadis itu tidak sendirian, ada Mira bersamanya, perempuan yang sudah berusia empat puluh tahun dan telah menikah serta memiliki dua orang anak.

“Nanti kita sampaikan di rapat evaluasi bersama mereka.” Mira menanggapi sembari beranjak dari ruangan itu menuju meja kerjanya.

“Awas aja. Kubantai kalian nanti!” Sarah pun menutup buku catatan setelah menuliskan tanggal ‘pembantaian’ yang dimaksud di dalamnya.

Baru saja akan menjatuhkan bobot tubuh di kursi, Andriansyah sang manajer menghampiri meja kerja Sarah.

“Sar, kamu akhir pekan ini sibuk, tidak?” Pria yang berusia empat puluh tujuh tahun itu tampak mengumbar senyum mencurigakan.

“Kenapa, Bos?” Sarah langsung was-was. Ia sudah berkali-kali menjadi sasaran dari aksi mangkir Andriansyah.

‘Ini pasti hanya pertanyaan jebakan! Dasar bos edan!’ kutuk gadis itu di dalam hati sembari memanahkan sorot tajamnya ke arah Andri.

Lihat selengkapnya