Hingga sepanjang perjalanan pulang, Sarah masih saja dibuat tertawa frustasi. Ia berhasil dikerjai oleh seorang mahasiswa aneh yang masuk ke kelasnya hari ini. Lebih mengejutkan lagi, Rektor pun seperti mendukung semuanya.
“Oh, Tuhan. Aku seperti orang bodoh banget hari ini.” Sarah terus menertawakan dirinya sendiri. Apalagi kalau ingat kelakuan absurd Roberto, bisa-bisanya orang yang memiliki gelagat diam seperti itu tiba-tiba membacakan puisi sedramatis tadi.
Hening melingkupi ruang tak berpenumpang di dalam mobil tipe sedan berwarna merah milik Sarah. Kemudian telunjuk lentik itu memencet audio yang tersedia pada kendaraan itu. Seketika langsung terhubung ke salah satu stasiun radio.
“99 FM Radio Bento Padang, suara urang awak, selamat sore menjelang malam. Apa kabar dunsanak semuanya? Beno akan menemani dunsanak semua hingga masuknya waktu salat Magrib nanti. Stay tune on ninety nine suara urang awak ….”
Sarah lantas menukar channel setelah Beno menyelesaikan opening siaran radionya. Dengan begini, sudah dapat diketahui, jika selama ini ia memang selalu mendengarkan 99 FM Bento Padang, setelah berkenalan secara online dengan Beno. Suara lelaki itu memang sangat membuat candu, merdu dengan pelafalan kata per kata yang begitu jelas. Sejenak gadis matang itu terlena, sebelum akhirnya ia tersentak lalu beranjak dari channel tersebut.
“Apa-apaan. Ngapain juga aku harus mendengarnya lagi. Menyebalkan sekali!” Sarah menggerutu sendiri sembari memperbesar volume musik yang sedang diperdengarkan.
Netra Sarah mengerjap ketika tiba-tiba di depan sana, seorang ibu-ibu pengendara sepeda motor melintas begitu saja ke arah kanan. Sarah terkejut dan langsung mengerem mendadak, hingga terdengar decitan akibat roda mobil yang berhenti dipaksa. Lebih membuat geram lagi, ternyata lampu sein yang dihidupkan justru mengarah ke arah kiri.
“Allahu akbar.” Sarah membuka kaca mobilnya dengan kesal. Ia lantas melajukan lagi kendaraan dan berteriak saat telah sejajar dengan si Ibu sein kiri belok kanan, yang berhenti di bahu jalan seberang.
“Woi, Buk. Kalau belum punya SIM resmi, mending jangan bawa motor di jalan raya. Bahaya! Sein ke kiri, beloknya malah ke kanan!”
Klakson panjang terdengar bersahut-sahutan di belakang mobil yang dikendarai, Sarah membuat lalu lintas kian amburadul. Maksud hati ingin memberi peringatan kepada ibu-ibu itu, ternyata justru dia yang terkena amukan dari para pengguna jalan yang lain.
“Kalau enggak bisa bawa mobil, minggir sana! Bahaya banget kalau anda kayak gini!” Pengendara motor yang melewati, memperingati Sarah. Kerut di dahi lelaki yang mengenakan helm full face itu menandakan bahwa ia sangatlah kesal dengan lagak Sarah di jalanan sore ini.
Setelah sepeda motor itu melaju dengan kencang, Sarah pun menekan klakson mobil dengan sekuat hati. “Woi, awas kamu!” teriaknya yang dibalas teriakan pula oleh pengendara roda dua lainnya.
“Berisik oi!”
“Ape lo!” Si Gadis Judes balas memaki.