“Sar … syukur kamu masuk tepat waktu. Ini, surat tugas buat meeting sama pihak Radio Bento FM.” Mira menghampiri ketika melihat Sarah sudah meletakkan tas kerjanya di bawah meja dan mulai menghidupkan komputer.
Kepala Sarah terangkat. Dilihatnya Mira dengan tatapan bingung lalu bergantian dengan amplop putih berlogo KPID Sumbar. “Aku sendiri yang pergi?” tanyanya memastikan.
“Iya, di surat sih begitu. Soalnya, kata Pak Andri, semua bisa kamu atasi sendiri. Lagipula hanya sekelas radio lokal.” Mira cengengesan. “Uni enggak mungkin bisa pergi, soalnya materi buat rapat dengan STSN Padang, belum kelar. Kamu ‘kan kemarin itu sakit, jadi Uni yang handle semua. Waktunya mepet banget, Rabu kita mesti ke kantor mereka.”
Sarah hanya mampu melongo. Tak masalah sebenarnya jika diminta pergi ke manapun. Hanya saja, kalau ke Bento FM … gadis itu seolah urung. Ia tak ingin bertemu dengan Beno, pria menyebalkan itu pasti ada di sana.
“Sar, itu jadwalnya jam sembilan lho.”
Mata Sarah mengerjap. Lalu meraih amplop yang masih menggantung di tangan Mira.
“Siap-siap gih, Sar.” Setelah mengucapkannya, Mira pun berbalik, kembali ke meja dan melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda.
Tak ada pilihan bagi Sarah selain menyetujui. Toh untuk menolak pun ia tak punya daya dan mau dikadukan kepada siapa. Andri pun tak tampak batang hidungnya di kantor pagi ini. Entah belum datang atau memang sengaja tidak ke kantor hingga Sarah berangkat ke Radio Bento FM.
Sembari menyiapkan barang-barang, lalu mempelajari track record Radio Bento FM berdasarkan catatan-catatan yang selama ini ditulis, Sarah kerap kali terdengar menghela napas panjang. Gadis itu memang sangat militan terhadap perusahaan yang telah memperkerjakannya, lantas hal ini dijadikan senjata oleh Andri untuk mengedepankan Sarah dalam segala urusan.
“Aku berangkat, Uni.” Dengan berat, kaki itu melangkah jua. Buku catatan tak lupa dibawa. Bertemu dengan Beno lagi … helaan napas panjang menjawab keresahan di dada. Apa yang akan ia perbuat ketika berjumpa dengan orang itu? Jika kemarin-kemarin keinginan untuk memaki begitu besar, berbeda dengan sekarang. Sarah justru lebih ingin menghindari.
Mobil yang dikendarai sudah melaju dengan kecepatan sedang. Lokasi Radio Bento FM tak begitu jauh, sekitar lima belas menit perjalanan. Ia lantas memarkirkan kendaraan, tepat di sebelah mobil Mercedes Benz CLA-Class berwarna putih. Sejenak Sarah tertegun melihat penampakan kendaraan roda empat yang menjadi incarannya itu.
“Pasti pemilik Bento FM yang punya.” Sarah bergumam sendiri sembari bersiap untuk turun dari mobil. Ia harus mampu bersikap biasa saja jika bertemu Beno di bangunan ruko dua lantai ini. Kalaupun terpaksa berpapasan, pura-pura tidak melihat saja, hal tersebut akan jauh lebih baik dan terkesan lebih elegan.