Andri sudah menelepon sejak subuh, tetapi Sarah tak menjawab panggilan darinya. Gadis itu merasa sangat malas sekali untuk pergi ke kantor hari ini. Ia tetap akan menjalani libur sakit selama tiga hari. Terserah saja, Sarah tak pula peduli dengan meeting evaluasi itu. Toh, semua catatan sudah ditinggalkan di kantor. Siapa saja bisa membaca dan menanyakan perihal kejanggalan yang telah dirangkumnya.
Sarah kembali mengangkat selimut. Pagi ini hujan juga turun dengan lebatnya. Siapa pun pasti akan kembali meringkuk di bawah selimut untuk menikmati pengulangan tidur.
Pukul delapan Sarah bangun. Ia lalu mencuci wajah dan keluar dari kamar. Terlihat Tante Mirna tengah menonton televisi sambil menyantap sarapan pagi yang dibuatnya sendiri, nasi goreng.
“Eh, sudah bangun, Sar. Makan dulu. Gimana keadaanmu?” Sesekali si Tante beralih pandang ke arah Sarah yang melangkah ke meja makan.
“Udah mendingan, Tan.” Gadis itu duduk di kursi sambil membuka tudung saji. Ada bakwan dan telur dadar kesukaannya. Sarah lantas mengambil sepiring nasi goreng lalu duduk di sebelah Tante Mirna yang sedang makan.
“Sar. Mamamu tadi nelpon Tante. Katanya minggu ini kalau kamu tidak sibuk, disuruh pulang ke Arosuka.”
Sarah tersentak, “Kenapa Tan? Mama sakit?”
“Bukan. Kata mamamu, ada hal penting yang harus dibicarakan sama kamu.”
“Perihal apa?” Sarah mulai menyendok makanan ke mulutnya. Perlahan dikunyah hingga lembut sekali, barulah didorongnya nasi itu ke dalam tenggorokan.
“Entahlah.”
Sarah melirik Tante Mirna dengan curiga. Tidak mungkin si Tante tak tahu tujuan sang mama memintanya pulang. “Tante enggak usah bohong. Ada apa sih?”
“Jujur, Tante memang tahu, tapi malas bilang sama kamu.”
“Kenapa toh?”
Tante Mirna bangkit. Ia hendak mengambil teh yang sudah habis di dalam gelas. “Kalau Tante bilang, nanti kamu marah, kesel sama Tante,” ujar si Tante seraya berjalan ke arah meja makan.
Otak Sarah mulai bekerja. Ia memikirkan beberapa hal yang kemungkinan membuat dirinya bisa merasa marah dan kesal kepada Tante Mirna. Akan tetapi, ternyata sulit juga untuk dijangkau, berhubung karena selama ini segala sesuatu yang membuatnya merasa demikian sifatnya random alias tidak begitu jelas.
“Bilang aja kenapa sih, Tan. Pake acara basa-basi segala.”
Tante Mirna sudah kembali duduk di tempat semula. Ia melanjutkan menyendok makanan ke dalam mulut. “Ya, begini loh. Kamu itu ‘kan anak gadis, usianya udah ….”