Balada Perawan Tua

Da Pink
Chapter #23

#23. Aku Ingin

Sarah sudah membagikan lembar soal ujian tengah semester. Kebetulan sekali ia mengawas hari ini.

“Waktu menjawab soal enam puluh menit, yang terdiri dari tiga puluh butir soal pilihan ganda, dan sepuluh esai. Tidak ada yang saling bekerja sama selama proses ujian berlangsung. Jika ada kendala, silakan angkat tangan dan tanyakan kepada saya.”

Semua mahasiswa mengangguk. “Baik, Bu.”

“Waktunya dimulai dari sekarang.”

Sarah sudah menekan stopwatch profesional LCD dengan strap berwarna hitam yang memang selalu ia gunakan setiap kali waktu ujian tiba. Gadis itu sudah dikenal sangat tepat waktu dalam segala hal. Ia tak pernah mentolerir keterlambatan semenit pun jua—khusus waktu ujian.

Sarah meletakkan benda penghitung waktu itu di atas meja. Sementara dirinya berdiri sambil menyandarkan bagian pinggul di sisi meja. Bobot tubuhnya yang tak terlalu besar, pun tidak kurus, sama sekali tak menyebabkan meja bergeser saat ia sandari.

Sorot mata Sarah memindai satu per satu mahasiswanya. Ketika melihat Roberto yang ia juluki pria tujuh puluhan, dahi Sarah mengernyit. Ia sangat gelisah membayangkan jawaban yang ditulis oleh Roberto. Semoga saja kali ini pria itu menjawab dengan benar, bukan lagi puisi-puisi legendaris yang amat digemari.

Tiga puluh menit berlalu, suasana kelas masih terlihat tenang-tenang saja. Sarah sampai tersenyum bangga dengan apa yang ia amati. Mahasiswanya ternyata paham dengan semua hal yang telah diajarkan selama ini.

Angka benda penghitung waktu sudah berada di lima puluh.

“Sepuluh menit terakhir. Bagi yang sudah selesai, harap periksa kembali. Jika telah merasa sangat benar dan yakin, boleh maju ke depan. Kumpulkan kertas jawaban beserta soal, periksa lagi identitas. Jangan sampai menyerahkan kertas jawaban kosong.”

Sarah masih mondar-mandir di depan kelas. Selama ujian berlangsung, ia tak lelah berjalan mengitari seisi ruangan belajar. Mengamati satu per satu mahasiswa yang menjawab ujian dengan amat tenang. Tak terkecuali si pria tujuh puluhan, Sarah sampai dibuat takjub, ternyata Roberto benar-benar menjawab soal dengan baik.

Stopwatch sudah berbunyi.

Time is up! Ayo, silakan kumpul jawabannya. Tidak ada lagi yang menulis, letakkan alat tulis kalian!” Sarah menepuk tangan beberapa kali, mengingatkan beberapa mahasiswa yang masih mengisi lembar jawaban.

“Ayo, Roberto. Waktunya sudah habis. Tolong segera kumpulkan jawabannya.” Setelah semua mengumpulkan dan keluar dari kelas. Masih tertinggal Roberto dengan gerakan pena yang terus menari indah di atas kertas.

Roberto tak jua mendengarkan. Hingga langkah kaki dihentakkan oleh Sarah, terdengar mendekat.

“Saya sudah katakan, kumpulkan jawabannya!” Sang dosen terlihat garang. Ia bahkan merampas kertas jawaban yang masih terhimpit lengan Roberto.

Lelaki itu sama sekali tidak menulis di lembar jawaban, tetapi kertas lain dengan ukuran lebih kecil.

Lihat selengkapnya