Balada Perawan Tua

Da Pink
Chapter #31

#31. Tidak Ada Kata Maaf Dalam Persahabatan

Sarah sudah melangkahkan kaki di tempat yang telah ditentukan oleh Amanda, sebagai pertemuan ke empat sahabat ini. Baik Amanda maupun Lena sangat tidak senang dengan segala hal yang tengah terjadi dalam persahabatan mereka. Amanda dan Lena siap menjembatani pertemuan Sarah dan Dania.

Baru saja memasuki lokasi cafe yang cukup sepi, Sarah melihat Dania langsung berdiri ketika mendapati dirinya mendekat. Tetapi Amanda dan Lena segera menahan lengan perempuan itu.

“Tolong, jangan bersikap kekanak-kanakan seperti ini, Nia!” Amanda berujar tegas. Kali ini terlihat jelas bagaimana dewasanya ibu satu anak itu, saat menjadi sosok pendamai di antara perselisihan yang melibatkan sahabat dekatnya.

“Kalian bohong sama aku! Katanya kita hanya akan mengobrol bertiga, tapi kenapa ada dia?” Telunjuk Dania terkacung ke arah Sarah yang mematung sekitar tiga langkah dari meja yang telah dihuni oleh tiga sahabatnya.

Netra Sarah nyalang dan memerah saat mendapati sikap dan mendengar ucapan Dania seperti itu kepada dirinya.

“Kita harus menyelesaikan permasalahan ini. Aku enggak suka melihat kamu dan Sarah seperti sekarang. Ingat, dulu kita sangat kompak. Bila ada salah satu diantara kita yang merasa tidak enak hati kepada yang lainnya, pasti akan segera dibereskan, bukan! Enggak seperti sekarang. Kamu terlalu mendendam Dania!” Lena ikut menegaskan. Ia bahkan menarik kuat lengan Dania agar duduk kembali.

Beberapa orang yang ada di sana itu tampak menoleh ke arah mereka, juga para karyawan cafe.

“Hatiku belum bisa menerima ucapan dia. Sakit sekali tahu! Di saat kita sangat berbahagia dan seolah ingin membagikannya kepada dunia. Tiba-tiba orang yang mengaku sahabat terdekat kita, dengan gampang dan gamblangnya mengatakan sesuatu yang membuat hati ini sakit! Aku juga enggak mau kayak gini terus, tapi dia ….” Telunjuk Dania kembali tertuju kepada Sarah. “Dia udah bikin persahabatan kita retak karena merasa paling benar, paling hebat, paling bersih, paling suci, paling wow-lah!”

Dania kembali berdiri. Ia sungguh akan pergi kali ini.

“Dania ....” Namun, suara Sarah yang bergetar menghentikan langkah perempuan itu sesaat setelah melewati.

“Aku mengaku salah, Ni. Aku tahu sangat keterlaluan ketika mengirimkan pesan seperti itu kepada kamu. Tapi—aku sama sekali enggak bermaksud untuk mengusik kehabagiaanmu kala itu. Aku hanya ….” Sarah tak mampu melanjutkan ucapan. Air matanya sudah jatuh berduyun-duyun.

Lena mendekat, lalu memberikan tisu kepada Sarah agar menghapus air mata dan cairan yang ada di dalam hidung. Suara gadis itu sudah terdengar sengau.

“Hanya apa?” Dania membentak Sarah. Ia berbalik dan berdiri tak jauh dari gadis yang masih membelakangi. Sementara Lena menatap Nia dengan tajam. Istri sang dokter tidak suka jika Dania bersikap kasar dan keras seperti ini kepada Sarah, yang jelas-jelas sudah meminta maaf.

Lihat selengkapnya