Balada Perawan Tua

Da Pink
Chapter #32

#32. Berkat Sebuah Novel Romansa

Tante Mirna mendadak sakit. Suhu tubuhnya sangat tinggi sekali. Beruntung Sarah sudah pulang dan mendapati sang Tante tengah terbaring lemah di sofa tamu. Gadis itu segera membawa tantenya ke rumah sakit. Ia sangat khawatir, Tante Mirna tak pernah seperti ini sebelumnya. Tiba-tiba saja mendadak menjadi seperti sekarang.

Mereka sudah sampai di rumah sakit. Kebetulan sekali Rama yang tengah berjaga di IGD sore ini. Dengan cepat diurusnya Tante Mirna karena melihat Sarah datang bersama dengan wanita yang terlihat meriang itu. Sementara Sarah diminta saja untuk menunggu di luar.

Gadis itu lalu duduk di kursi besi yang berjejer. Banyak juga orang-orang yang berlalu-lalang di sekitar IGD sore ini. Sarah tak berani menatap sekitar. Ia takut sekali jika melihat hal-hal aneh nantinya, seperti orang-orang yang terluka dan berdarah-darah. Gadis itu memang sangat lemah sekali kalau berurusan dengan hal-hal tersebut.

Selang lima belas menit kemudian, Rama keluar dan menghampiri Sarah.

“Sarah. Tante Mirna tertidur. Kamu tidak apa-apa menunggu hingga beliau terbangun nanti?” Rama mencoba memastikan kepada Sarah.

“Kok Tante bisa tertidur, Mas?” Gadis itu lalu berdiri, sebab merasa tidak enak dengan Rama yang sudah tegak di hadapan.

“Tadi beliau mengeluh sangat sakit kepala. Lalu, ketika perawat mencoba memijat, beliau pun tertidur. Saya merasa kasihan jika membangunkan. Sehingga memutuskan untuk menemuimu, memberitahu.”

Sarah lalu melirik jam di pergelangan tangan. Biasanya Tante Mirna bisa tertidur hingga satu jam. Gadis itu kemudian mengangguk. “Baiklah, Mas. Tanggung juga mau magrib. Aku tunggu saja. Mas Rama masih di sini ‘kan?”

“Iya, Sarah.”

“Nanti kalau ada apa-apa, Mas Rama hubungi aku, ya. Aku mau ke masjid dulu.”

“Baiklah, Sarah.”

Gadis itu lalu melangkah menuju masjid yang berdiri gagah di dalam lingkungan rumah sakit, dekat gerbang masuk. Lebih baik menghabiskan waktu di masjid, daripada duduk bermenung tidak jelas di tempat tadi.

Selepas salat Magrib, Rama masih belum menghubungi Sarah. Gadis itu tetap tidak beranjak dari tempat ibadah tersebut. Ia lalu memilih duduk di taman dekat sana. Tak lama, seseorang datang menghampiri.

“Assalamualaikum.” Seorang lelaki yang mengenakan jas putih khas dokter mendekati. Sarah pun terkejut, lalu segera menyahut salam yang tadi diucapkan.

“Waalaikumsalam.”

“Apakah buku ini punya kamu?” tanya pria itu dengan senyum manis sembari mengulurkan tangan yang memegang novel berjudul Menjadi Istri (si) Alan karya Da Pink.

“Ah, bukan, Pak.” Sarah menggeleng. Manik matanya melirik novel tersebut. ‘Duh, kenapa covernya so sweet sekali?’ Gadis itu sampai berdecak. Ia bahkan merasa risih dengan gambar sampul sebuah buku fiksi.

“Oh, jadi bukan punya kamu.” Lelaki yag mengenakan jas putih kembali menarik tangannya. “Lalu punya siapa, ya?” tanyanya kepada diri sembari memukul-mukulkan buku dengan pelan pada telapak tangannya yang lain.

“Memangnya dapat di mana, Pak?”

“Saya tidak sengaja melihatnya tergeletak di atas kotak infak. Karena tadi saya melihat kamu dari sana. Saya kira kamu yang punya.”

Lihat selengkapnya