Balada Perawan Tua

Da Pink
Chapter #40

#40. Puncak Paku

Pria yang tengah mengemudikan sepeda motor memperlambat laju kendaraan, ketika telah sampai di tempat yang dituju, Puncak Paku. Baru turun dari sepeda motor, Sarah hampir saja oleng. Beruntung Ali segera leraih lengan gadis itu. Jalannya yang tidak datar tetapi condong ke bawah membuat Sarah seolah merasa pusing.

Dari tempat mereka berdiri, benar-benar dapat terlihat hamparan laut yang tenang pada sisi kanan. Di bagian kiri, terpampang keelokkan perbukitan nan menghijau. Penurunan yang landai di depan sana dengan jalan yang berkelok-kelok seperti hewan melata yang tengah berpindah tempat, menambah nilai eksotisnya. Inilah Puncak Paku. Banyak pengunjung berhenti di tepi jalan. Mereka secara bergantian berfoto di dekat plang nama yang di desain sedemikian rupa, bertuliskan “Taman Puncak Paku Kawasan Mandeh”.

“Bagus banget, Al.” Sarah melepas helm dan berdiri tegak di sebelah sepeda motor, menatap ke hamparan laut dan bukit yang terentang luas.

“Kamu tahu, orang-orang bilang, Kawasan Mandeh ini adalah Raja Ampatnya Sumbar.” Ali masih duduk di atas motor. Ia sudah menanggalkan helm. Pandangannya tak lepas dari melihat keindahan sosok Sarah di depan mata.

“Iya, aku sempet lihat liputannya.” Sarah membalik tubuh menghadap Ali. Senyum indahnya mengembang di bibir yang ranum.

“Ada yang lebih indah dari pada pemandangan yang kamu lihat ini, Sar,” gumam si Lelaki sembari mengeluarkan ponsel. Angin yang berhembus cukup kencang serta celotehan dari beberapa pengunjung yang berbicara sembari tertawa dengan kerabatnya saat berfoto, menyebabkan Sarah tidak dapat mendengar apa yang telah diucapkan oleh Ali dengan pelan.

Gadis itu berputar-putar sambil merentangkan ke dua tangan. Ia sangat senang sekali tampaknya. Secara diam-diam, Ali mengambil gambar gadis itu. Tak lama, pria tersebut bergegas turun dari sepeda motor, karena Sarah hampir rebah.

“Kamu ini. Jangan berputar-putar, ini jalannya ‘kan menurun. Nanti kamu jatuh, guling-guling diketawain orang loh.” Sigap lelaki itu menggapai lengan Sarah dan membawa sang gadis cantik mendekat ke arahnya.

“Eh, iya, ya. Kok pusing banget.” Sarah memegang pelipis kanannya sambil menunduk. Ia bahkan tak sengaja bersandar di dada Ali. Mau bagaimana lagi, kondisi yang menyebabkan gadis itu tidak sadar melakukannya.

“Mau aku pijitin?” Ali menawarkan. Ia sangat khawatir melihat Sarah yang bahkan terlihat mual dan hendak mengeluarkan isi perutnya.

Gadis itu tidak menjawab. Ia hanya menggeleng sembari berjalan sempoyongan ke tepian. Sarah berjongkok lalu memuntahkan apa yang mendesak hendak keluar dari dalam mulut.

“Sarah, kamu enggak apa-apa?” Ali mendekat dan memijat tengkuk gadis itu, tetapi Sarah menggeliat. Ia merasa geli.

“Al, maaf, bisa tolong ambilkan minum di dalam tasku.”

Ali menggapai tas samping Sarah yang tergantung pada setang sepeda motor. Isi benda itu tidak banyak, hanya mukena, air minum, tisu, bedak, dan lipstik. “Maaf, aku buka tasnya.”

Lihat selengkapnya