Balada Perawan Tua

Da Pink
Chapter #42

#42. Curahan Hati

Sarah masih menyimpan rahasia mengenai ungkapan perasaan Ali kepada dirinya dari semua orang. Semenjak pulang tadi, hingga malam ini gadis itu tetap tutup mulut ketika Tante Mirna menanyakan apa saja yang mereka lakukan seharian pergi bersama. Sarah hanya menyakinkan kepada tantenya, kalau tidak ada hal buruk dan melewati batas yang terjadi. Mereka hanya pergi menikmati indahnya alam di Pesisir Selatan, pergi ke Kawasan Mandeh yang benar-benar menakjubkan.

Alhasil, Tante Mirna pun minta diajak pergi jalan-jalan ke sana. Sarah tidak bisa berjanji karena ia tak berani berkendara melewati jalanan yang terjal melewati Sungai Pisang. Gadis itu lantas menyarankann agar Tante Mirna membujuk Ali untuk mengajak mereka pergi bersama, nanti, suatu saat.

Jika menahan diri tidak bercerita dulu kepada keluarga dapat dilakukan oleh Sarah. Berbeda saat ia dihadapkan pada layar ponsel dan chatroom grup Ratu Sejagad. Gadis itu seolah tidak sabar hendak membagikan kisah manisnya kepada para sahabat.

“Masih pukul setengah sembilan malam. Satu setengah jam lagi menuju tidur.” Sarah mengatakan hal itu kepada dirinya sendiri. Kemudian dengan lincah ia mengetikkan sebuah pesan di sana.

[Malam guys. Aku punya kabar baik yang perlu kalian dengar. Pertama, Amanda sama Lena, kalian benar. Ali memang datang untuk menjadi pengobat luka buatku. Tadi siang, dia mengajakku pergi ke Puncak Mandeh. Kalian tahu aku pergi dengan apa ke sana, sepeda motor ninjanya. Ya Allah, dia ganteng banget, sumpah.]

Wajah Sarah benar-benar berseri saat mengirimkan pesan pertama itu. Amanda, Lena, dan Dania langsung merespon dengan mengirimkan emoticon mata berbentuk hati sembari tersenyum lebar.

[Kedua, dia menyatakan cinta sama aku di sana. Aku sampai enggak bisa bergerak mendengarnya bicara dan menatapku dengan sorot yang … ah, cowok banget. Aku enggak pernah merasa sebahagia ini, guys. Tolong sadarkan aku, kalau saat ini semua yang terjadi memang nyata. Kalian benar-benar sedang terjaga saat membaca chatting-ku ini.]

Amanda selalu lebih dulu memberikan respon.

[Aku lagi sadar, sesadar-sadarnya sekarang.]

Di susul Lena dan Dania yang hampir berbarengan.

[Aku lagi melek.]

[Aku lagi dicubit sama tuan dokter ini.]

Sarah tersenyum senang. Ia kembali melanjutkan ceritanya.

[Syukurlah. Aku seneng banget. Ingin menjawab ‘iya’ saat itu juga, tapi sadar kemudian, aku kapok dipermainkan. Makanya, aku minta waktu buat saling mengenal. Dan suruh dia datang ke Arosuka, temui Papa sama Mama dan nyatakan apa yang dia inginkan dariku.]

Sarah belum selesai mengetikkan pesan yang ingin ia bagikan, tetapi malah terlihat panggilan masuk dari Ali. Segera saja tombol mengirim dipencet, kemudian ia segera menjawab telepon tersebut. Kali ini mungkin akan terasa berbeda, tetapi sebisa mungkin gadis itu tetap bersikap seperti biasa.

“Assalamualaikum, Al.”

“Waalaikumsalam, Sarah. Kamu sedang apa? Capek nggak motoran sama aku seharian?” tanya Ali terdengar penuh semangat, tidak ada yang berubah, masih seperti biasa.

“Enggak kok, enggak sama sekali. Malahan aku seneng banget.” Sarah tidak berbohong. Ia memang sangat senang bisa bepergian dengan menggunakan sepeda motor seperti itu. Pun dapat menikmati pemandangan indah yang membuat pikirannya menjadi tenang, plus diberikan sebuah ungkapan cinta dari sosok sesempurna Ali.

Lihat selengkapnya