Balada Perawan Tua

Da Pink
Chapter #43

#43. Mengikuti Aturan Main

Selang tiga hari kemudian, Sarah mendapat telepon dari Bu Ayusita dan Pak Darta. Papa dan mamanya terdengar sangat senang menceritakan perihal seorang pria yang datang melamar sang anak kepada mereka.

“Siapa, Ma?” tanya gadis itu penasaran. Apakah Ali? Bukankah si Tuan Dokter itu memang penuh dengan kejutan.

“Aduh, dia masih merahasiakan, katanya nanti kalau sudah tiba waktunya dia sendiri yang akan bilang sama kamu, Sar. Yang jelas, dia ada di sekeliling kamu, menjagamu setiap waktu meski kamu enggak tahu.” Bu Ayusita kegirangan saat mengatakannya.

Kek setan, ada di sekeliling.” Gadis itu menyambar secara spontan.

“Hei, jangan sembarangan gitu kalau ngomong! Masa iya ganteng gitu dibilang setan.”

Ganteng?

Sudah bisa dipastikan kalau yang telah datang ke Arosuka adalah Ali. Siapa lagi pria tampan yang ada di sekitarnya kalau bukan si Dokter SpOG. Lagipula, memang hanya lelaki itu saja yang mengetahui alamat lengkap papa dan mamanya di Arosuka.

Mata Sarah yang belo mendadak menyipit karena dicubit oleh Tante Mirna.

“Aww, kek semut. Nyubitnya enggak kira-kira si Tante ih!” Gadis itu mengusap lengannya yang terasa perih. Netranya mengikuti arah gerak Tante Mirna yang mengambil tempat duduk di sebelah.

“Uni video call dong.” Dengan santainya si Tante merampas ponsel yang masih tertempel di telinga Sarah, lalu memutus sambungan telepon. Wanita yang hampir menginjak usia lima puluh tahun itu pun mengganti telepon suara dengan panggilan video, sehingga dirinya pun dapat ikut serta dalam percakapan tersebut.

“Siapa nama calon mantu kita yang udah datang ke sana secara diam-diam?” Tante Mirna tertawa lebar. Ekor matanya melirik-lirik Sarah yang tersenyum malu-malu sembari terus mengusap lengan yang dicubit tadi.

“Ah, ‘kan masih rahasia. Katanya sebentar lagi juga bakalan dikasih tahu.” Bu Ayusita juga ikut tertawa lebar.

“Coba, deh, sambungin ke Damar juga. Si Abang satu itu apa sudah tahu kalau adiknya yang meresahkan ini sebentar lagi bakalan nikah.” Tante Mirna melempar guyonan sembari menambahkan Damar dalam percakapan mereka.

Tak lama, Damar pun menjawab.

“Assalamualaikum Mama, Papa, Tante, sama si Anak Gadis Karatan.” Damar terkekeh di akhir ucapan. Ia dapat melihat dengan jelas bagaimana kesalnya Sarah dikatakan seperti itu oleh abangnya sendiri, sebab Tante Mirna mengarahkan layar ponsel ke arah gadis yang dibilang karatan.

Lihat selengkapnya