Dalam lamunan Sarah terus terngiang-ngiang suara lelaki yang mengangkatnya keluar dari mobil malam itu. Bukan Ali, ia sangat yakin, suara itu bukan milik lelaki yang sudah menyakiti hatinya dengan sesakit-sakitnya. Sarah pun merasa pernah mendengarnya. Hanya saja ia tidak tahu kapan. Semakin dipikirkan, malah menyebabkan kepalanya menjadi sakit.
Suara anak kecil sudah terdengar dari luar pintu. Amanda, Fathan, Bella, Dania, dan Aldi Saudagar yang datang. Mereka sengaja menjenguk dalam waktu bersamaan agar bisa menghibur Sarah, membuat sang sahabat semangat untuk segera sehat seperti sediakala.
Tidak ada satu pun yang mengetahui akar permasalahan yang menyebabkan Sarah mengalami kecelakaan, kecuali Lena karena sudah diberitahu oleh suaminya, Rama.
“Onti Sarah. Ada loli?” Bella mendekati bed tempat Sarah terbaring, lalu menanyakan kegemarannya kepada Sarah dengan girang.
“Hust!” Amanda segera mencubit lengan anaknya, sehingga menyebabkan gadis kecil itu memekik.
“Jangan jahat sama anak sendiri, Man. Ih, sini Sayang sama Onti Nia.” Dania mengambil alih membela Bella dari ibu kandungnya yang biasanya dilakukan oleh Sarah.
Bu Ayusita tertawa sembari mendekati Bella. Ia sangat gemas sekali melihat gadis kecil yang sangat cantik dan manis seperti ini.
“Sini, Nak, sama Nenek.” Bu Ayusita mengulurkan tangan lalu disambut oleh Bella yang penurut kalau dengan orang yang baru dilihatnya. Anak itu tak banyak tingkah, belum saja sebenarnya. Ibarat bom, hanya menunggu waktu untuk meledak.
“Nenek, mamanya Onti Sarah?” Bella sudah mulai beraksi dengan bibirnya yang cerewet, membuat Amanda merasa resah membiarkan mulut si kecil terus mengoceh jika direspon dengan baik.
Sementara Pak Darta di luar bersama dengan Fathan dan Aldi. Para bapak sengaja mengobrol di luar agar tidak terlalu menyesaki ruangan. Menurut aturan, sebenarnya memang tidak diperbolehkan terlalu banyak orang berada di kamar inap pasien, tetapi apa boleh buat, mereka juga ingin menjenguk.
“Iya, Sayang. Nenek, mamanya Onti Sarah,’ jawab Bu Ayusita tersenyum lebar. Tubuh Bella yang gembul membuatnya enak didekap.
“Kalau begitu kenapa tidak Nenek carikan Om untuk menemani Onti Sarah. Onti Dania dan Onti Lena sudah punya Om, cuma Onti Sarah yang belum.”
Celotehan anak kecil ini sudah membuat mama dan Onti Danianya heboh. Segera saja keduanya membekap mulut kecil yang sudah berhasil meruntuhkan pertahanan Sarah selama ini. Gadis yang tengah terbaring lemah di atas ranjang hanya diam seribu bahasa. Ia sangat sedih memikirkan nasib percintaannya sendiri. Anak kecil saja sampai berkata demikian kepada Bu Ayusita, meminta mencarikan lelaki untuk menemai dirinya. Apakah sebegitu tidak lakunya Sarah sebagai seorang perempuan, sehingga sulit sekali menemukan orang yang benar-benar tulus mencintainya.