Satu minggu telah berlalu, berita mengenai pelumpuhan komplotan perampok bersenjata di Kota Padang, masih menjadi headline breaking news di media cetak maupun eletronik. Tak hanya untuk stasiun televisi lokal saja, nasional pun terus-menerus memberitakan. Kali ini kerja sama antara TNI dan Polri menjadi sorotan dan sangat diapresiasi oleh seluruh masyarakat Indonesia. Mengingat beberapa tahun silam, hubungan antara dua benteng pertahanan Republik Indonesia ini sempat kurang harmonis.
Sarah sudah kembali bekerja seperti sediakala. Ia juga sempat diwawancarai oleh para awak media yang tak ingin ketinggalan meliput berita tersebut. Di rumah Tante Mirnalah, proses penangkapan salah satu anggota perampok dilakukan. Dari satu orang itu, polisi terus bekerja bersama TNI hingga berhasil menemukan jaringan mereka yang ada di kota ini.
“Mereka sepertinya mendapat dukungan dari pihak luar. Bayangkan aja, pake pistol loh. Masuk barang illegal itu.” Sarah sedang bercerita dengan Amanda, Lena, dan Dania saat makan siang bersama. Kali ini Amanda membawa Bella yang lebih asyik bermain game di ponsel sang ibu sambil sesekali disuapi makan oleh mamanya.
“Iya. Duh, tapi aku penasaran deh sama cowok yang kata kamu itu loh. Nolongin pas diganggu sama jambret juga di Kuali Nona.” Lena mengingat-ingat. Didukung anggukan dari Amanda dan Dania.
“Nah ini nih masalahnya. Aku juga ngerasa, meski antara sadar dan enggak, ya. Waktu kecelakaan itu, suara orang yang manggil-manggil nama aku sebelum enggak sadar bener-bener kaya dia juga.” Sarah memang merasa antara yakin dan tidak. Namun, kecenderungan yakinnya lebih besar.
“Jangan-jangan … doi juga kali yang udah datang ke Arosuka. ‘Kan kata mama, dia bilang selalu ada di sekitar kamu.” Hanya sebuah tebakan dari Amanda, tetapi dibalas anggukan oleh Sarah.
“Aku juga ngerasanya begitu. Penasaran banget ‘kan sama dia. Siapa sih?”
Mereka berempat pun seketika saling berpikir satu dengan yang lain. Tidak ada satu petunjuk pun yang mengarah kepada orang yang dikenal.
“Mama bilang dia tentara bukan, sih?” Dania ingin mendapatkan sebuah clue yang bisa digunakan untuk menebak.
“Enggak ada pembahasan mengenai profesinya. Kalo dibilang dari awal, ngapain juga Tante Mirna sampe ikutan nganggap yang datang ke sana, si Ali Baba itu.” Sarah masih terlihat geram. Cukup susah memang untuk melenyapkan segala rasa tidak enak di dalam dada. Apa yang telah dilakukan oleh Ali memang sangat melukai hatinya.
“Iya juga, ya.” Dania lantas mengangguk.
“Ah, aku nyerah. Enggak tahu.” Amanda langsung angkat tangan. Ia kembali menyendokkan sup ayam bercampur nasi ke dalam mulut kecil Bella.
“Sama, nggak tahu juga.” Lena mengikuti.
Bola mata Dania terlihat berbinar “Eh, tapi. Kalau seandainya dia yang ternyata orang yang kita pikirkan adalah sosok yang sama, akhirnya muncul di hadapan kamu dan menyatakan keinginan buat menjadikan kamu istrinya—”
“Melamar?” potong Lena.
“Melamar aja Nia, engga usah panjang banget penjabarannya.” Amanda pun ikut menyokong tindakan Lena.