Balada Sepasang Kekasih Gila

Han Gagas
Chapter #2

Berkat Tuhan

Berkat fajar yang menyingsing, udara yang hangat mulai memijarkan syaraf Jarot yang membeku. Kegelapan yang sebelumnya mengurungnya perlahan menghilang karena sinar yang menyelusup melalui lubang menerangi lantai ruang isolasi, berkas-berkas cahayanya membuat ruang lembab menjadi lebih hangat. Bau kencing kembali menyengat hidung. Jarot membuka mata, perih nyeri menyengat di kedua kelopak matanya yang bengkak. Tulangnya serasa dilolosi. 

Petugas shift pagi datang mengantarkan makanan, namun karena tak ada suara sedikitpun yang terdengar dari ruang isolasi, si petugas dengan kesal membuka gembok pintu.

“Kau pura-pura sakit, sudah mati heh!” teriaknya marah.

Jarot mencoba bergerak, namun tubuhnya sangat lemah, hanya untuk sekedar menggerakkan tangan saja rasanya sangat sakit, apalagi untuk bangun dan menjawab teriakan itu. Perih ngilu meradang di sekujur tubuhnya!

Dibantu tukang kebun, sambil menggerutu si petugas mengambil selang, mengulurkannya lebih panjang dan memasang ujungnya pada mulut kran. Dengan gerakan kasar, kran dibukanya penuh, dan menyemprotkan semburan airnya ke tubuh Jarot yang tengah meringkuk seperti angka lima.

Jarot gelagapan!

Mulutnya mengerang kesakitan! Wajahnya mengerut aneh seperti tersiksa seperti hendak marah. Tubuhnya meregang, menyentak-nyentak. Jarot merasa seperti ditusuk ribuan jarum. Rajaman luka makin perih saat tersemprot air, seperti ditaburi garam. Perih nyeri merajam seluruh tulangnya! Gigilnya berlipat tanpa ampun. Rasa sakit tak tertanggungkan membuat tubuhnya gemetar hebat.   

“Rasakan!”  

Nyaris sekarat, Jarot yang merasa dirajam oleh lancipnya jarum-jarum air yang menusuk dingin, merasa pula seperti tengah ditenggelamkan ke dalam air kolam, napasnya megap-megap, putus-putus, sesak napas. Ia seperti tak bisa bernapas lagi.

“Tubuhmu bau!”

Si petugas tak peduli melihat Jarot yang mengerang kesakitan. Semprotannya makin kencang menyembur ke tubuh Jarot yang meringkuk yang menyudut di pojok ruang. Kedua tangannya menutup mulut. Airnya meluber meluap membawa abu korek dan kencing Jarot, mengalir bersama ke lubang got.

Si petugas tersenyum senang, air mukanya mengejek, puas. Seringai lebarnya bila dilihat lebih teliti tampak sangat mengerikan, barangkali iblis benar-benar merasuki jiwanya.

Lihat selengkapnya