“Alhamdullilah ya Allah, akhirnya aku sampai,” aku segera masuk ke dalam dan langsung melihat buku yang sesuai dengan keinginan Farhan anakku.
sembari melihat, aku mulai berjalan mengelilingi rak buku itu. Mataku sempat tertuju pada buku berjudul Asbunayah karya Pidi Baiq, segera aku ambil buku itu, namun pada saat yang tepat, seseorang pria juga mengambil buku itu, hingga tangan kami berdua saling bersentuhan.
“Maaf, maaf saya tidak sengaja,” ujar dirinya segera meminta maaf kepadaku
“Iya saya juga minta maaf, tidak melihat anda sebelumnya,” jawabku.
Kami berdua saling diam, namun kedua bola mata kami saling menatap satu sama lain, hanya beberapa saat sebelum aku menyuarakan keinginanku.
“Pak, tangannya belum di lepas,” ungkapku, seketika itu ia segera melepaskan tangan miliknya yang menindih tanganku.
“Oh iya maaf sekali lagi, kalau begitu saya permisi,” kulihat punggung pria itu yang mulai menjauh dari pandanganku.
Kuambil buku itu dan segera membayarnya, setelah itu aku langsung mendorong kembali gerobakku menuju rumah mas Zaki.
...
...
“Pak, kita harus lakukan apa lagi biar si Ayuni itu berhenti jualan, mama sudah laku in semua cara, tetapi semuanya gagal. Papa juga taunnya cuma minta rokok terus! Kerja ngga, mama tuh pusing mikirin semua cara biar Ayuni itu kapok,”
“Udah deh mah ngga usah marah-marah, papa sudah punya cara biar si Ayuni itu kapok,”
Maya dan Andi suaminya kini berada di dalam rumah, keduanya duduk berhadapan, mereka tampak serius memikirkan cara biar Ayuni segera berhenti menjual nasi uduk.
“Cara apa pak?” Tanya Maya antusias, ingin sekali ia mengetahui rencana suaminya apa yang akan terjadi dengan Ayuni.
...
...