Seorang anak perempuan kecil berpakaian seragam putih merah yang menandakan dia masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Diantara bibir anak tersebut tampak sebuah stik berwarna putih yang merupakan tangkai dari permen yang ada didalam mulutnya. Dia berjalan dengan gontai melewati beberapa rumah di sebuah gang yang mana merupakan perumahan masyarakat disana. Di kantong baju seragamnya juga terlihat tiga tangkai stik yang berwarna sama dengan yang berada dimulutnya.
Dia yang berjalan dengan girang tiba – tiba saja menghentikan langkah kakinya, tepat didepan sebuah rumah dengan dua lantai yang berwarna putih dikaloborasikan dengan warna biru. Wajah anak perempuan yang tadinya tampak girang berubah menjadi sedikit kaget bercampur rasa penasaran menatap sosok yang menggerakkan beberapa tangkai dari tanaman bunga asoka yang berada didepan rumah tersebut. Saat itu memang orang kebanyakan menjadikan bunga sebagai pagar depan rumahnya.
“Siapa itu?” Tanya anak kecil perempuan itu dengan suara yang pelan. “Mungkin meong.” Dia kembali melangkah.
Namun langkahnya kembali terhenti oleh gerakan tangkai bunga asoka yang kini lebih bergerak lebih signifikan dari gerak sebelumnya. Gadis kecil itu kembali mengerutkan dahinya.
“Meong… Meong…” Gadis kecil itu masih saja mengira gerakan itu disebabkan oleh kucing.
Dia dengan berlahan menghampiri tangkai yang bergerak, dan…
“HUH…”
Gadis itu kaget bukan kepalang. Dia bahkan sampai terjatuh tanah. Dia bangkit kembali melihat sosok yang mengagetkannya. Seorang anak kecil dengan ekspresi wajah yang berbeda tak pernah dia lihat menatapnya dengan mata yang dikedip – kedipkan. Matanya menatap tangkai permen yang berada dibibir gadis kecil itu.
Gadis kecil itu mengibah – ngibas kedua tangannya yang tampak kotor dengan beberapa pasir yang menempel di telapak tangannya.
“Ah adek ini mengagetkan saja.” Katanya bereaksi
Tak ada reaksi dari anak kecil yang mengunakan kaos tanpa lengan berwarna putih dan celana pendek berbahan kain khas bayi yang berwarna biru muda, saking mudanya udah mulai terlihat agak putih. Mata anak yang diperkirakan berusia 4 – 5 tahun itu masih saja menatap tangkai permen di bibir anak perempuan tadi. Tak berubah sedikit pun pandangan matanya.
Menyadari pandangan mata anak kecil itu tertarik pada permennya. Gadis perempuan itu menarik satu tangkai permen dari dalam saku baju seragamnya. Dia membukan bungkus permen yang berwarna biru dengan bagian lainnya tampak transparent, sehingga nampak permen itu berwarna merah berbentuk kaki. Permen itu sangat nge-trend dikalangan anak – anak. Gadis itu menaruh bungkus permen itu kembali ke kantong pada bajunya.
“Sampah harus dibuang pada tempatnya ya dek.” Katanya pada anak kecil itu yang masih saja tak melepaskan mata menatap bibirnya. Kemudian dia mengulurkan permen itu pada anak kecil itu. “Permennya sama dengan permen punya kakak. Ini untuk kamu.”
Anak kecil itu akhirnya mengalihkan pandangannya pada tangkai permen yang diulurkan oleh gadis kecil itu. Dia tak langsung mengambil permen itu, tapi dia malah menatap tangkai permen itu dengan pandangan yang tidak dimengerti oleh gadis kecil didepannya. Anak kecil itu tampak memutar – mutar kepalanya dengan pandangan mata yang hanya menatap dengan tangkai permen berwarna putih itu dalam uluran tangan gadis itu.
Setelah beberapa menit memfokuskan dirinya menatap tangkai permen, dengan cepat tangan anak kecil itu menyambarnya. Dia terkekeh sejenak sambil menatap permen berbentuk kaki itu sesaat sebelum akhirnya memasukkannya kedalam mulutnya.
“Bilang apa?” Tanya gadis kecil itu.