BANDARA CHANGI TUNGGU AKU 2

Iis Siti Napisah
Chapter #3

Tak Berujung

Sindi pulang dari gereja sekitar jam empat sore dan pulang membawa makanan yang banyak.

Sindi : Han, aku bawa makanan buat kamu.

Hana : banyak amat Sin, emang disini ada berapa orang ?

Sindi : takut kamu lapar Han,he he he

Hana : iya aku kelaparan. Ha ha ha

Tak lama kemudian pintu ada yang mengetuk , ternyata Basha yang datang.

Basha : Assalamualikum Hana

Hana : waalikumsalam

Sindi : ini Han, yang kelaparan satu lagi.

Sindi langsung menghampiri Basha dan mereka langsung berangkulan

Sindi : gimana honey ?

Basha: baik

Sindi : Honey , ayo kita makan, pesanmu sudah aku belikan, roti kirai dan kari ayam.

Kami bertigapun makan bersama sama, obrolan menyenangkan yang Sindi selalu berikan , membuat kita tertawa tawa, namun tawaanku tidak selepas tawaan biasa, fikiranku tetap bertanya tanya tentang apa yang sebenarnya terjadi pada Sindi? , terkadang aku menatap Basha dengan tatapan tanda tanya? Basha membalas tatapanku dengan sebuah harapan , harapan bahwa ini baik baik saja. It's oke Hana , aku katakan pada diriku sendiri.

Sindi membuka obrolannya,

Sindi : Honey, besok tidak perlu kerja, biar aku yang kerjakan,besok antar Hana mempersiapkan seluruh persyaratan buat ke kementrian Tenaga Kerja ( MOM) Ministry Organization Man power.

Hana : tidak usah merepotkan Sindi, biar aku sendiri aja, jaman sekarang mudah tinggal buka map , kendaraan aku tinggal pesan pakai aplikasi aja.

Sindi : tidak apa apa Hana, aku takut kamu ada apa apa , kalau nanti ada keperluan jadi mudah jika ada yang nemenin, aku malah minta maaf ngga bisa nemenin kamu.

Hana : Aku yang minta maaf Sin, ngerepotin terus.

Basha : Ok, besok aku antar Hana, setelah antar Sindi kerja.

Sindi : Honey, ngga apa apa, biar langsung antar Hana, besok Hana harus Cek Kesehatan dulu baru ikut kegiatan yang lain, pagi pagi biar tidak banyak antrian aku sudah telpon klinik kesehatannya.

Basha : Ok

Aku hanya bisa terdiam bingung karena malu banget sudah merepotkan Sindi dan Basha.

Setelah Basha pulang aku ijin kepada Sindi untuk istirahat . Tadi malam Sindi tidak tau kalau aku hanya tidur sekitar dua jam karena menjaga Sindi yang terkapar lemah karena pengaruh minuman. Aku hanya bisa melamun setelah masuk kamar. Semoga besok aku bisa ngobrol banyak dengan Basha, aku terus penasaran memikirkan Sindi, rasa kantuk aku malah jadi tidak ada.

Ku terapi supaya bisa tidur dengan melihat vidio vidio motivasi tapi tetap saja aku tidak bisa tidur.

Aku harus bisa tidur , besok aku ada cek kesehatan supaya bagus hasilnya. Tetap saja aku tidak bisa tidur.

Ku ambil pulpen dan buku ku coba menulis Puisi tentang Cinta

CINTA

Cinta anugrah yang Tuhan berikan

Cinta membuat hidup penuh warna

Cinta membuat sebuah kekuatan

Cinta memberikan arti dan makna

Ketika Cinta itu hilang

Kesunyian yang didapat

Cinta pada manusia kesemuan

Yang akan didapatkan

Cintailah karena TuhanMu

Cintailah karena Ibadahmu

Tuhan akan abadi mencintamu

Tuhan akan selalu ada dengamu

Jadi, Cintailah karena Tuhan

Jangan pernah Cinta karena nafsumu.

......

Ku terus menulis bait demi bait beberapa judul puisi dalam buku.

Ada sedikit rasa kantuk yang mulai aku rasakan,Ya Allah ini ada apa? tidak biasanya saya seperti ini.

Adakah yang akan terjadi dengan saya, Ya Allah semoga Allah berikan kebaikan bagi dunia dan akhirat saya.

Saya hanya bisa tidur sekitar dua jam . Basha sudah menjemput saya. Saya langsung diantar menuju klinik untuk tes Kesehatan, sangat degdegan takut ada apa apa , apalagi saya kurang tidur. Wajah saya sangat lusuh karena kurang tidur. Sayapun banyak terdiam selama dengan Basha, rasa cemas dan kurang istirahat membuat saya lemas dan kurang semangat buat bicara.

Setelah beres untuk ikut kegiatan training harus dari pagi hari selama tiga hari dan saya mendapatkan jadwal hari Rabu, kamis dan jumat.

Setelah saya mendapatkan jadwal saya langung naik mobil Basha, Basha membawakan mobil dengan laju yang sangat santai, seperti di nina bobokan saya tertidur pulas di mobil Basha.

Saya terbangun dan berada di parkiran yang menghadap ke laut, perlahan saya kembalikan fikiran saya untuk mengingat , saya tengok ke sebelah kanan, kulihat Basha dengan senyuman memandang saya yang baru bangun.

Akupun membalas senyuman Basha,

Hana : Maaf , aku ketiduran Basha.

Basha : tak apa Hana, ayo istirahat lagi, aku tau kamu kurang tidur dari kemarin karena jagain Sindi, semalam kamu juga sepertinya kurang tidur.

Aku tersenyum sambil menghela nafas, kutatap pantai yang sangat Indah dengan ombak yang terus menerjang pantai, sepoi sepoi angin kurasakan masuk ke mobil dari jendela yang terbuka.

Hana: kebaikan Sindi tidak pernah bisa aku balas Basha, dia sahabat yang baik yang sangat sayang terhadap teman temannya, aku tidak akan bisa sebaik Sindi.

Basha : iya Han, Sindi selalu saja peduli pada siapapun, padahal aku tau beban berat yang Sindi dapatkan, selalu berusaha tersenyum dan membahagiakan orang lain padahal dirinya sangat tersakiti.

Hana : aku kaget Basha,kejadian kemarin membuat aku terus berfikir , tanda tanya besar yang ada dalam fikiranku tentang Sindi.

Basha : akupun sama Hana, aku sangat sakit , ketika melihat Sindi seperti itu, sudah berbagai cara aku lakukan tapi tetap saja tidak berubah.

Hana : sejak kapan Sindi seperti itu.

Basha: sudah tiga tahun Hana

Hana: tiga tahun?

Aku bertanya pada Basha , ku tatap wajah Basha , tiga tahun itu bukan waktu yang sebentar.

Basha : iya Hana, tiga tahun.

Basha memberikan matanya terlihat begitu sangat sedih padaku, ku lihat bola mata Basha di ujungnya mengeluarkan air mata.

Basha : maafkan aku Hana, aku terbawa emosi jika mengingat ini.

Diusapnya air mata itu dengan tisue oleh Basha. Basha berusaha tersenyum di depanku, berusaha bahwa dia kuat untuk Sindi.

Hana : aku yakin kamu kuat, ku lihat kamu begitu telaten ketika Sindi dalam keadaan tak berdaya dalam pengaruh minuman .

Basha : aku jadi lebih tenang Hana saat ini, ada kamu yang juga jagain Sindi, aku mohon padamu untuk nanti tetap ada buat Sindi.

Basha memohon padaku dengan kedua tangannya menempel , aku malah terharu dan malu.

Hana : Basha tak perlu kamu memohon padaku, aku banyak di bantu Sindi, masa aku akan mendiamkan sahabat aku sendiri yang sudah sangat baik padaku?

Basha : makasih Hana.

Basha mengajakku keluar untuk melihat makan sambil menikmati Indahnya Pantai East Coast yang berada dekat dengan Bandara Changi, suara pesawat terbang yang terus terdengar dan terlihat dari pantai East Coast , semakin tau begitu sangat padatnya penerbangan dari Bandara Changi Internasional Airport yang merupakan Bandara terbaik se Dunia.

Aku berjalan berdampingan dengan Basha, sesekali ku rapihkan kerudungku yang ikut bergoyang goyang terkena hembusan angin pantai.

Ku nikmati rapihnya penataan pantai East Cost dengan sangat bahagia, pastinya fikiranku pasti langsung tertuju pada Aang, setiap kali aku ke tempat manapun, aku selalu kefikiran untuk bisa dan hadir bersama sama dengan Aang ditempat itu, ku rasakan kelembutannya membuat aku selalu nyaman berada di sisi Aang.

Ku minta pada Basha untuk duduk dahulu di spot kursi yang sudah ada.

Hana : Basha , aku ingin duduk dulu dipinggir pantai ini.

Basha : Boleh Hana, kita cari kursi ditempat yang teduh supaya nyaman.

Hana : itu Basha, sebelah sana kosong , ayoo kita kesana.

Setelah aku tunjukan tempat itu , kami berdua berjalan menuju kursi dipinggir pantai.

Basha duduk di sampingku, aku langsung tertuju melihat pantai, pulau Ubin yang terletak di tengah laut terlihat begitu tertata dengan pepohonan yang masih sangat banyak karena tetap di jaga dan dipelihara oleh pemerintah Singapore, dijadikan tempat Cagar Budaya peninggalan leluhur .

Ku lihat kapal kapal besar yang membawa kontiner kontiner terlihat sangat ramai di tengah laut.

Bandara di Singapore yang tidak pernah terhenti aktifitasnya , begitupun dengan pelabuhannya sangat ramai dalam 24 jam. Negara tempat transit di dunia ini seakan tidak akan pernah mati dari aktifitas.

Aku terus menatap, mengingat kenanganku bersama Aang dipantai, ketika ku minta Aang untuk membawaku ke Pantai dan itu langsung Aang laksanakan ketika kami pertama kali bertemu.

Aku yang sangat sakit dada terasa sesak selama itu, terpendam hampir 17 tahun ingin teriak di pinggir pantai dan berkata pada dunia bahwa aku kan sanggup melewati ini semua.

Lihat selengkapnya