Bandara Changi tunggu Aku

Iis Siti Napisah
Chapter #2

Muridku Inspirasiku

Jam menunjukan pukul 7.00 wib, penjaga sekolah membunyikan bel tanda masuk. Ku ayunkan kaki menuju kelas 5 , sampai dipintu kelas terdengar KM kelas 5 memberi aba aba dan berkata " beri salam! " semua murid kelas lima mengatakan " Assalamualikum ".

Dengan senyuman pada semua muridku , ku jawab "wa'alikumsalam".

Ku hampiri meja dan kursi tempat dudukku untuk mengajar . Setelah itu aku absen semua murid yang ada di kelasku. Hari ini dua orang yang tidak masuk .

Yanto dan Fitri, tidak masuk sekolah karena sakit. Setelah itu aku mengajar pelajaran SAINS dengan tema hari ini tentang Sumber Daya Alam.

Semua murid sangat antusias, hari ini aku menerangkan pelajaran untuk bisa dipraktekan setelah teori aku berikan.

"Hari ini kita buat 5 kelompok untuk praktek pelajaran SAINS " . Ku katakan pada murid muridku.

Suasana kelas menjadi sangat ramai mereka ingin kelompoknya dengan teman teman yang sangat dekatnya. Kadang murid murid yang belum bisa menuntaskan nilai atau yang kurang dalam akademinya di kelas suka tidak punya kelompok.

Aku maklum, inilah peranku sebagai guru untuk bisa menerangkan pada mereka bahawa kita harus selalu saling bekerjasama dalam tugas kelompok apapun kekurangannya .

"Sudah jangan ribut" aku berkata pada muridku. "Ibu aku belum punya kelompok ", teriak muridku yang bernama Diah. Sambil memperlihatkan muka cemberut.

" Kami sudah banyak anggota kelompoknya " Jawab lianti.

"Ih kalian jahat sama aku" sambil terus cemberut lagi Diah muridku berkata .

"Aku juga ngga ada kelompok " kata Dede. "Tuh Diah sama Dede aja kelompoknya " Roni sang KM berkata , " cie cie" semua murid dikelas berkata sambil tertawa kepada Diah dan Dede.

Diah makin marah sama teman temannya, dengan muka tambah cemberut, sedangkan Dede wajahnya tanpa ekspresi apapun duduk diam di bangkunya.

Aku tersenyum pada murid muridku." Ayo dengarkan ibu, diam semuanya, Roni kenapa KM ikut ribut? " tanyaku pada Roni. "Uhh uhh uhh" semua muridku riuh sambil menatap Roni, Roni tertunduk karena merasa bersalah.

"Untuk membuat kelompok bagusnya dengan tidak ribut" kataku." Semua kembali di tempat duduk masing masing yang rapih" . Ku beri arahan pada muridku. " Ibu tanya tadi kita buat berapa kelompok?" Kataku pada murid muridku.

Semua menjawab " lima" ." Oke sekarang kita hitung dari satu sampai lima, mulai dari Elis terus sebelahnya Elis dan terus berhitung satu sampai lima, Setelah itu kembali lagi ke satu".

Murid muridku aku suruh berhitung satu sampai lima. " Ingat yah, dengan nomor masing masing? " ku katakan pada semua siswa.

" Sudah punya nomor masing masing tanyaku? " ku tanyakan kembali. " Sudah bu" semua muridku menjawab. Nomor satu acungkan tangan , muridku yang dapat nomor satu mengacungkan tangan, setelah itu nomor dua, tiga, empat dan lima.

Setelah kupastikan semua mendapatkan nomor ku katakan pada muridku . "Ayo kalian gabung sesuai dengan nomor masing masing , yang nomor satu dengan nomor satu begitupun dengan nomor dua, tiga, empat dan lima semua pada kelompok masing masing".

Ada yang bilang "yaahhh" ada yang bilang "asyik "ada yang diam saja tapi mengikuti arahanku. Tetapi semuanya ikut apa yang aku berikan kepada mereka. Setelah duduk pada kelompok masing masing mereka semua ku berikan kertas tugas dengan tiap tiap kelompok beda materi. Nanti ada tugas praktek yang akan mereka kerjakan .

Aku duduk di kursiku sambil menatap murid muridku. Tak terasa sudah dua tahun aku mengajar di sekolah ini. Aku mengambil nafas sambil tersenyum ketika ku ingat pertama kali mengajar di sekolah ini.

Aku kecil tinggal di Jakarta sampai aku kelas dua sekolah menengah pertama , jadi bahasa daerahku kurang begitu fasih karena ku terbiasa komunikasi dengan bahasa Indonesia.

Meskipun aku pindah ke Kab Garut setelah kelas tiga Sekolah Menengah Pertama, bahasa sehari hari dirumah aku memakai bahasa Indonesia.

Ibuku bilang, kalau tidak bisa bahasa Sunda tidak apa apa pakai bahasa Indonesia saja, Ibuku khawatir karena aku dikerjain sama teman temanku ketika belajar bahasa Sunda mereka mengajarkanku bahasa yang kasar .

Aku ingat betul ketika aku ditegur sama guruku ketika aku menjawab pakai bahasa sunda tapi ternyata itu bahasa yang kasar, teman temanku menertawakan aku, dengan pedenya ku jawab guruku, " teu nyaho bu" ya ampun ternyata itu bahasa kurang sopan banget terhadap orang yang lebih tua.

Jelaslah habis habisan aku di tegur sama guruku , ku ingat betul namanya bu Elya. "Hana bilang apa tadi?" guruku bertanya . Ku jawab "Te nyaho bu " itu dapat dari mana? guruku sampai kaget ternyata itu bahasa kasar. Teman temanku yang mengajari aku bahasa sunda malah tertawa puas melihat aku dimarah sama bu Elya.

Lihat selengkapnya