Bukan Kobat Sarehas namanya jika ia tidak bisa memanfaatkan keadaan. Hidup lelaki kurus berambut tipis yang merupakan putera kedua dari Raja Amir Ambyah, memang sangat istimewa. Sebelum kelahirannya, Dewi Retna Muninggar, sang ibunda, sudah lebih dulu meminta agar putranya kelak yang menggantikan Amir Ambyah.
Kobat Sarehas bukan teman yang mudah untuk diajak bersiasat. Ia seorang yang licik. Hal ini dikarenakan untuk menutupi kelemahan dirinya yang tak cakap berperang, karenanya ia tak pernah bertempur di palagan. Ia lebih mudah untuk memerintah kakaknya, Maryunani yang selalu melindunginya, untuk menghalaukan diri dari macam-macam bahaya yang mengancamnya. Maryunani adalah putra dari Sekar Kedhaton, istri pertama Amir Ambyah, namun karena Amir Ambyah begitu mencintai Dewi Retna Muninggar, hak Maryunani sebagai penerus tahta pun diikhlaskan.
Karena kelemahannya pada ilmu perang maka ia lebih mengutamakan ketrampilannya berpolitik. Di dunia politik, ia menjelma sebagai musuh berbahaya bagi siapapun. Hal ini ia lakukan agar kiprahnya di tampuk pemerintahan selalu mendapatkan lampu sorot yang terang.
Ketika Perid, raja dari Parangakik membuat kerusuhan, dan menantang Lamdahur, raja Serandil untuk menghadapinya, Kobat Sarehas malah mengizinkan puteranya, Sayid Abdul Ngumar, yang masih remaja, untuk melawan Perid di wilayah Kaos. Keputusan itu memiliki dampak yang luar biasa bagi dua pihak sekaligus.
Pertama, akibat dari tindakannya tersebut, simpati dan dukungan rakyat terhadap Maryunani yang digadang-gadang sebagai raja di Kaos menjadi turun. Padahal, Maryunani sudah dianggap sebagai pengganti kedudukan Amir Ambyah sebagai raja di Kaos yang pas, sementara Amir Ambyah akan menjadi seorang maharaja yang berpusat di Kuparman, nanti.
Dampak yang kedua, keputusan Kobat Sarehas itu mencederai hati Lamdahur, raja Serandil. Lamdahur merasa dirinya dilangkahi dan disingkirkan. Lamdahur merasa seharusnya namanya yang dielu-elukan di depan Amir Ambyah jika bisa mengalahkan Perid dalam peperangan itu. Bukan Sayid Abdul Ngumar, anak Kobat Sarehas.
Dan yang lebih dahsyat sebagai efek dari keputusan itu, terjadi setelah kemenangan Sayid Abdul Ngumar atas pemberontakan Perid. Seluruh keluarga besar Amir Ambyah dan juga raja-raja bawahan bersepakat untuk mengangkat Sayid Abdul Ngumar sebagai penguasa atas negara-negara jajahan Kuparman, termasuk Serandil.