Sebenarnya, tak cukup alasan yang membuat Lamdahur gelisah. Sebab jika Sayid Abdul Ngumar diangkat menjadi penguasa atas negara-negara jajahan Kuparman seperti Medayin, Kohkarib, Ngerum, Bangit, Kaos, termasuk juga Serandil, puteranya – Pirngadi- tetap bisa dinobatkan sebagai raja di Serandil. Hanya saja Pirngadi harus melapor dan membayar upeti pada Sayid Abdul Ngumar. Dan karena tak cukup alasan itulah Pirngadi pun menyatakan akan menerima takdir sebagai raja bawahan dari Sayid Abdul Ngumar nanti sebagai jawaban dari apa dikatakannya tadi dalam pertemuan.
Sebaliknya, Pirngadi pun tak tahu alasan yang jelas atas sikap ayahnya yang uring-uringan itu. Ia tahu dari dulu ayahnya dengan Amir Ambyah seperti garam dan asam bagi luka, tetapi juga seperti madu dan gula yang memaniskan sebuah minuman di kala haus berkepanjangan seperti saat kemarau menerjang. Mereka berdua saling mencobai tetapi saling memuji.
Pirngadi pernah mendapatkan cerita bahwa Amir Ambyah pernah mengutus Umarmaya, patihnya yang sakti mandraguna, untuk pergi ke Serandil dan mencuri mahkota yang hendak digunakan dalam penobatan Lamdahur menjadi raja Serandil. Dan Umarmaya jika melakukan sesuatu bahkan mencuri secara sembunyi-sembunyi. Ia datang secara resmi sebagai perwakilan Kuparman ke acara penobatan Lamdahur.
Saat acara itu berlangsung, Umarmaya meminta izin dari Lamdahur untuk diperbolehkan memperhatikan dan meneliti detail dari mahkota yang akan digunakan dalam upacara itu. Lamdahur dengan senang hati mengizinkannya. Begitu mahkota sudah berada di tangannya, Umarmaya segera melesat terbang, menyeberangi laut ke negara Targelur yang berada di sebuah pulau di seberang Serandil. Lamdahur, yang sangat berang, beserta pasukannya mengejar Umarmaya ke Targelur. Ternyata di Targelur, Lamdahur tidak hanya menemukan Umarmaya tetapi juga Wong Agung Jayengrana alias Amir Ambyah. Begitu mengetahui Amir Ambyah adalah dalang kelakuan Umarmaya mencuri mahkotanya, Lamdahur pun tak segan-segan menggempur mereka.
Pertarungan antara Lamdahur dan Amir Ambyah terjadi dengan seru. Keduanya sama hebat, sama kuat. Hingga malam tiba, tak ada dari keduanya yang mengaku kalah. Yang lucu, selesai bertarung, Lamdahur justru mengundang Amir Ambyah datang ke Serandil untuk menyaksikan pesta penobatan dirinya menjadi raja yang tadi terganggu oleh ulah Umarmaya. Amir Ambyah setuju mengikut Lamdahur ke Serandil.