Tetesan darah bercucuran dari tangan Badar, salah satu penghuni perumahan Bumi Indah. “Argh!” teriakan darinya tak dihiraukan oleh Mang Sobri, yang tengah memakan buku-buku jarinya tanpa rasa bersalah, sebagaimana orang-orang memakan ceker ayam.
“Lapar! Lapar! Lapar!” teriak Mang Sobri.
Mang Sobri berubah menjadi monster! Matanya merah, wajahnya tampak lebih besar, dan kuku-kukunya memanjang dan menghitam. Rasa lapar yang selalu menyerangnya, membuat ia tak sadar jika dirinya sudah melakukan kesalahan besar dengan menyebarkan wabah penyakit yang membuat semua orang kesulitan.
Ketika kejadian itu terjadi, kebetulan Lalam, Hendra, Halimun, Mila, dan Dinar baru saja kembali dari kota. Mereka melintasi jalan itu tanpa menaruh rasa curiga sedikit pun.
“Dingin banget gila, gua udah sering ke Bandung, tapi nih malem dinginnya beda,” keluh Mila.
“Santai aja kali, Mil, ‘kan ada Aa Hendra,” gurau Dinar, disambut gelak tawa teman-temannya.
Akan tetapi di tengah keributan teman-temannya itu, mata Lalam menangkap sosok yang tidak wajar. Awalnya Lalam biasa saja, namun lama-kelamaan sosok itu seakan menatap padanya. Lalam memicingkan matanya, berharap yang dilihatnya hanya kekeliruan belaka. Namun, sosok itu semakin jelas wujudnya, dia menyadari sesuatu.
“Woi! Itu Mang Sobri, Mang Sobri … jadi zombie!” teriak Lalam Pattimura, pada keempat kawannya yang sedang asyik berbincang dan tertawa.