BANDUNG TERUNGKAP

Yutanis
Chapter #2

Pesta yang Suram

Hotel AM, Bandung

Daging merah segar yang tengah diiris oleh staf dapur hotel, tempat Lalam Pattimura bekerja, kini ditata rapi di piring-piring cantik. Daging itu ditata melingkar, mengikuti bentuk piringnya, tak lupa bagian tengahnya ditambah daun mint yang juga ditata sama rapinya. Total sudah delapan piring yang berhasil mereka isi dengan daging-daging itu.

Seumur-umur Lalam Pattimura bekerja di hotel yang berada di tengah kota Bandung ini, baru kali ini ia melayani tamu dengan permintaan aneh seperti ini, untuk pesta yang diadakan di hotel tempatnya bekerja itu. Untuk Lalam yang tumbuh dan besarnya di Bandung, melihat daging mentah yang masih merah mengkilat seperti itu, sungguh menggelikan. Dia tak habis pikir, kenapa ada orang yang mau memakan daging yang masih merah dan mentah seperti itu.

“Tinggal dua jam lagi, minuman udah siap?” tanya Lalam sedikit berteriak pada staf yang kebetulan berada di bawah tanggung jawabnya.

Lalam berdiri tegak, setelah lama membungkuk demi memeriksa piring-piring yang penuh makanan dan daging mentah tadi. Kemudian ia merapikan seragamnya, kali ini ia mengenakan seragam berwarna ungu tua dengan aksen batik di bahunya. Seragam itu melekat sempurna di tubuh setinggi 176 cm itu, dipadu dengan wajahnya yang tegas dan putih, semakin sempurna saja, apalagi dengan gaya rambutnya yang ditata rapi ke belakang. Penampilannya sangat rapi, beda sekali dengan kesehariannya yang cenderung urakan.

Lalam sebetulnya tidak suka ketika hotelnya dijadikan tempat pesta, merepotkan, dan harus bekerja dua kali lipat. Namun, karena hotel itu bukan miliknya, dia juga tidak bisa membuat aturan seenak jidatnya, meskipun terbersit di pikirannya, ingin kabur saja dan melepaskan tanggung jawabnya.

“Udah, gelas-gelas juga udah ditata, tinggal dipindahin aja ke depan, Kang,” jawab salah satu stafnya.

“Bagus deh, duh ini kapan beresnya, ya?” keluh Lalam, yang sudah menyiapkan segala kebutuhan tamunya ini, dari pagi-pagi buta.

“Ini belum seberapa, Kang, inget nggak, waktu itu ada pesta cosplayer di sini, kita sibuk banget nyiapin ini itu, belum lagi minta didekor macem-macem. Ini mah, belum seberapa, Kang,” hiburnya.

Panggilan kang atau akang, sangat melekat untuk Lalam Pattimura di hotel ini, sebagai yang dituakan di sini, sekaligus bentuk sopan santun, sebab Lalam secara kebetulan ketua mereka.

“Iya sih,” ucap Lalam, lesu, dia sudah lelah, tapi pesta bahkan belum dimulai.

Daging-daging tadi sudah selesai ditata, minuman juga sudah siap. Lalam beserta lima stafnya, yang terdiri dari dua staf perempuan dan tiga staf laki-laki, mulai memindahkan satu per satu pesanan tamunya ini ke aula perjamuan, menggunakan troli makanan.

Dibandingkan pesta-pesta yang pernah diadakan di hotel ini, pesta kali ini terbilang cukup sederhana, yang mana tamu hanya meminta aula perjamuan yang kosong tanpa kursi. Mereka hanya meminta meja bundar yang harus diletakkan di tengah-tengah aula perjamuan.

Permintaan yang cukup unik, meskipun Lalam juga penasaran pesta seperti apa yang akan dilangsungkan tamunya ini. Kenapa harus ada daging mentah? Kalo minuman merah, Lalam maklumi, itu sudah biasa. Dan satu hal lagi yang membuatnya tercengang dengan permintaan tamunya itu, yaitu pencahayaan di aula perjamuan harus redup, tidak boleh terlalu terang, membuat Lalam semakin penasaran saja. Meskipun sudah sangat lelah, Lalam rencananya akan turun ke bawah, dan melihat sendiri pesta macam apa yang diadakan di tempatnya bekerja ini.

Lihat selengkapnya