Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al-Baqarah [2]: 216)
***
Abi Ridwan dan Nizar terlihat semakin tidak tenang. Sejak Umi Halimah masuk ke ruang gawat darurat untuk mendapatkan pertolongan pertama, mereka terus berjaga di depan pintu sambil bolak-balik dan sesekali melihat jam di pergelangan tangan masing-masing. Sementara gadis manis berkacama itu masih bisa mengontrol suasana hati yang sama gelisahnya, demi menyejukkan hati Syahla yang tentu saja lebih dari sedih. Bahkan sampai sekarang Syahla belum bisa menghentikan air matanya.
Aisyah sebenarnya ingin bertanya, bagaimana kronologisnya sampai penyakit umi bisa kambuh lagi bahkan sampai tidak sadarkan diri. Namun, ia tahu ini bukan waktu yang tepat.
“Sudah, kita berdoa terus,” kata Aisyah yang tidak melepaskan pelukannya pada kedua pundak Syahla. “Umi pasti akan baik-baik saja.”
“Tapi, ini aku yang salah.” Tiba-tiba Syahla berkata lirih, membuat Aisyah mengernyit karena belum mengerti.
“Sebenarnya apa yang terjadi?”
Belum sempat Syahla mengatakan kejujurannya, perhatian mereka sudah teralihkan pada seorang Ibu dokter yang menangani umi, yang baru saja keluar dari ruang ICU tersebut. Lebih-lebih, Syahla langsung bangun dari duduknya dan menghampiri abi serta kakaknya, disusul oleh Aisyah.
“Bagaimana keadaan istri saya, Dok?” tanya Abi yang sudah tidak sabar.
“Syukur Alhamdulillah, Ibu Halimah bisa melewati masa kritisnya. Beliau sudah sadarkan diri dan kami akan langsung membawanya ke ruang inap. Tapi, jika kalian ingin melihatnya, tolong satu atau dua orang secara bergantian, karena kondisi Ibu Halimah masih sangat lemah.”