Bapak Ayo Kita Bercerita

Deeta Pratiwi
Chapter #1

Pusara Tanpa Suara

Apakah semua luka harus disembuhkan?

Apakah semua kesalahan harus dimaafkan?


Senja mengantung sendu, mendung kelabu, menapaki jalan kecil berliku di antara gemerisik dedaunan bambu. Langkahku bermuara di sana. Pada sebongkah pusara tanpa suara.

Denting-denting dersik yang membilah serangkaian kuncup kamboja di ujung pusara, nyatanya tak jua mampu membuatku turut berduka. Aku hanya tertumpu pada sunyi. Terjebak kebisuan di antara rasa dan segunduk tanah basah yang telah terukir sebuah nama. Kerinduan dan kebencian.

Tak ada seuntai pun doa terlantun dari bibirku. Isakan yang seharusnya menyayat pilu di setiap kehilangan, hanyalah sebuah angan. Yang terasa tinggalah kosong. Kebencian dan kerinduan itu mengaup, mengabur ke udara. Hari itu, akhirnya aku tertampar oleh sebuah fatamorgana.

"Benarkah rasa ini setipis itu?"

"Benarkah pernah ada sebuah ikatan di antara kita?"

Lembayung meredup. Menyisakan sebuah tanda tanya besar dalam hatiku. Penyesalan yang mungkin tidak akan pernah menemukan sebuah jawaban.

***

Rintihan, ketakutan, isak kecil yang tertahan. Dua puluh tiga tahun lalu aku menemukannya. Di antara hamparan putih ruang kosong, ia meringkuk, memeluk dirinya rapuh di kolong meja. Seorang gadis kecil dengan sekujur tubuh dipenuhi luka.

Lihat selengkapnya