Bapak Bukan Preman!

Siti Latifah
Chapter #3

Chapter 2 - Mantan Napi Bernasihat

Menghilangkan rasa benci itu sesusah bertarung dengan bangsa sendiri.


"Bapak kasih preman!"

"Nggak punya ibu!"

"Anak preman!"

Kasih menutup telinganya rapat-rapat ketika semua teman sekelasnya mencacinya. Tak lama, air matanya mengalir membasahi pipi kecilnya. Ia menggeleng. "Bapak bukan preman!" serunya.

Ia terus mengatakan 'bapak bukan preman' tetapi semua orang masih tetap mencacinya. Anak berseragam putih merah itu terduduk menangis. Ia terus menutup telinganya, tetapi suara bising masih terus terdengar nyaring. Pun, memejamkan matanya tidak ingin melihat situasi. Sampai kemudian suara bising itu hilang digantikan suara orang yang seperti terdengar mengusir.

Kasih membuka matanya perlahan sambil terisak. Ia mendongakkan kepalanya, lalu melihat seorang anak lelaki yang seumuran dengannya tengah tersenyum sambil mengulurkan tangannya pada Kasih—membantu untuk berdiri. Anak lelaki itu sangat tampan, kulitnya putih dan bersih.

Dengan hati-hati Kasih menerima uluran tangan darinya. "Are you okay?" tanya anak lelaki itu.

Kasih mengerut tak mengerti, membuat anak lelaki itu terkikik geli. "Kamu nggak papa?" tanyanya lagi.

Kasih mengangguk kecil, lantas berucap, "Terima kasih," cicitnya.

"Aku Juna." Sambil mengulurkan tangannya mengajak berkenalan.

"Aku ... Kasih," ujar Kasih sambil menerima uluran tangan dari Juna. Kasih tersenyum sambil mengelap asal air matanya yang meninggalkan jejak di pipinya.

Kasih mengamati Juna dari atas sampai bawah. Selama ia bersekolah di sini, ia belum sekali pun melihat Juna. Berarti ... apa Juna murid baru di sekolahnya?

"Kamu murid baru, ya?" tebak Kasih yang diangguki oleh Juna.

Suara lonceng menandakan akan dimulainya kegiatan di sekolah. Juna menggenggam erat tangan Kasih, sementara Kasih tidak menolak. Sembari tersenyum, Juna terus menggandeng tangan Kasih. Berjalan menyusuri setiap kelas.

Lihat selengkapnya