Harta paling berharga adalah keluarga
Setelah tidak pergi bersekolah dan malah mampir ke rumah Kasih, Arip menjadi dimarah-marahi habis-habisan oleh ibu tercintanya. Telinganya memerah karena jeweran, pantatnya ditepak menggunakan sapu, yang biasa Arip sebut dengan sebutan sapu melayang. untung saja dirinya adalah anak yang kuat—tidak cengeng.
"Sing ngongkon kowe bolos sekolah kui sopo? Kowe ngira bayar sekolah murah? Pontang-panting aku cari duet, kowe malah sakpenake dewe bolos! (Yang suruh kamu bolos sekolah itu siapa? Kamu kira bayar sekolah murah? Pontang-panting aku cari duit, kamu malah seenaknya sendiri bolos!)" seru Laksmi—ibu Arip seraya menepak pantat Arip menggunakan sapu ijuk.
Arip mengusap pantatnya yang nyeri. "Sepurane, Bu. Ora dibaleni meneh. Janji (Maaf, Bu. Nggak diulangin lagi. Janji)," kata Arip seraya mengangkat jari jentiknya.
"Aduh, Gusti ... nduwe anak ora ono seng mbener, sing gede dadi preman, sing cilik tukang bolos! (Aduh, ya allah ... punya anak nggak ada yang benar, yang besar jadi preman, yang kecil tukang bolos!)" adu Laksmi pada Sang Maha Kuasa.
Arip tidak tahu harus menjawab apa. Ia menggaruk kepalanya sambil menatap ibunya bersalah. Seharusnya ia mengikuti apa kata Juna tadi. Tetapi ia malah milih mampir ke rumah Kasih.
Tentang kakaknya, Arip memang mempunyai satu kakak laki-laki yang sudah lama tidak pulang. Setelah berkonflik dengan Laksmi, kakak laki-lakinya yang bernama Romdon memilih untuk pergi dari rumah. Katanya, sih, ada tetangga yang melihat Romdon itu pencopet. Tetapi karena Laksmi sudah lelah dengan sikapnya, ia lebih memilih untuk tidak memperdulikannya lagi. Toh, Romdon juga tidak ingat lagi rumah. Begitu katanya.
"Masuk kamu, Rip, ke rumah! Makan!" suruh Laksmi setelah puas memarahi anaknya.
Mata Arip seketika berbinar ketika ibunya menyuruhnya untuk makan. Ia segera berlari masuk ke dalam rumah mencari-cari makanan. Setelah ketemu di atas meja, lantas ia memakannya dengan lahap.
"Makannya pelan-pelan saja, Rip," ucap Laksmi yang baru menyusul masuk ke dalam rumah.
Tak lama setelah Laksmi mengucapkan perkataannya, Arip tiba-tiba tersendat makanan. Membuat terbatuk dan dengan segera Laksmi menyodorkannya minum sembari menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Arip kembali makan dengan lahap.
Setelah kepergian suaminya, Laksmi menjadi tulang punggung keluarga. Berkonflik dengan anak pertamanya, membuat Laksmi sangat terpukul karena membuat Romdon pergi dari rumah. Di sisi lain, ia merasa bahagia karena masih ada permata di dalam rumahnya. Ya, Syarif Hidayat. Walau makannya banyak dan sedikit bandel, ia tetap sayang. Saat Romdon pergi dari rumah, Ariplah yang membuatnya tertawa.
Untung saat insiden perampokan di rumahnya, ia tidak sampai dikubur dalam tanah. Jika iya, tidak tahu lagi Arip akan bersandar pada siapa. Hidup Laksmi, hanya untuk Arip. Sebab itu, ia ingin menjadikan Arip sebagai orang yang sukses.
"Rip, maafin Ibu sudah menjewer sama—"
"Arip paham kok, Bu," potong Arip sambil mengunyah makanannya.