Bapak Bukan Preman!

Siti Latifah
Chapter #19

Chapter 18 - Antara Rumus dan Isi Pikiran

Hidup itu berbelit layaknya rumus matematika. Ada yang menawarkan rumus yang simpel, tapi kamu malah memilih rumus yang sulit


Setelah bercakap ria dengan Damar dan Maria, Arip dan Kasih berpamitan untuk pulang karena matahari sudah malu untuk menampakkan cahayanya yang terik lagi. Ternyata bunda Juna baik dan asyik, membuat Arip dan Kasih betah untuk mengobrol dengannya.

Setelah pulangnya Arip dan Kasih, Juna merasa rumah ini kembali sepi. Ya, percuma rumah besar, tetapi orang tuanya sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Juna pun mulai memasuki kamarnya dan kembali belajar seperti biasa untuk mengisi waktu luangnya yang terasa kesepian.

Ia masih memikirkan tentang pekerjaan ayahnya yang ternyata seorang tentara. Itu berarti ayahnya terlibat dengan aksi penembak misterius itu, kan? Seakan ada banyak pazzle yang mencoba menghubungan dan menjadi benang merah di antara semua peristiwa yang terjadi.

Juna kembali mengulas ingatannya saat ia melihat banyak sekali surat yang berisi tentang pernyataan preman, lalu menghubungannya pada cerita Kasih yang katanya Karto mendapatkan surat itu, tetapi hanya satu. Sedangkan ayahnya memiliki banyak. Dugaannya hanya bisa sampai pada ... bahwa ayahnya yang membagikan surat-surat ini kepada para kriminal yang harus dibasmi. Ya, hanya itu yang masuk akal.

Kemudian ingatan Juna kembali melayang saat mendengar pembicaraan ayahnya dengan bundanya waktu Juna dimarahi karena bolos sekolah dan pergi ke rumah Kasih. Saat itu, bundanya berbicara mengenai operasi pengadilan jalanan. Preman beraksi di jalanan, bukan? Berarti bisa saja maksud bundanya, yaitu operasi memberantas preman di jalanan!

Jika ia ingat kembali, ayahnya waktu itu membantah, tetapi bundanya tidak. Ada dua pendapat yang bertentangan. Ayahnya yang terpaksa menjalankan pekerjaannya dan bundanya yang setuju dengan peradilan jalanan. Ya, Juna tidak bisa melarang ayahnya untuk berhenti, karena ini memang tugasnya.

Jadi ... bagaimana ia akan memberitahu teorinya ini pada teman-temannya? Ia takut ia akan dijauhi karena ayahnya adalah seorang yang membunuh para preman tanpa peradilan. Terlebih, ia akan takut dibenci oleh Kasih yang sangat menyayangi bapaknya itu.

"Aku bingung ...," lirihnya.

"Apa yang bingung, Juna?" tanya Damar tiba-tiba dari balik pintu.

Juna terkejut akan kehadirannya. Mencoba menyembunyikan wajah terkejutnya di balik senyuman yang menjadi topeng.

Damar mengembuskan napasnya berat. "Maaf sudah menganggu. Tadi Ayah cuma mengecek saja. Jadi apa yang membuatmu bingung? Biar Ayah bantu," ungkapnya kemudian mengambil buku pelajaran milik Juna dan membacanya perlahan. "Sebentar lagi kamu ujian akhir, 'kan?" Juna mengangguk.

"Kamu bingung di perhitungan—"

"Bukan itu yang Juna bingungin, Yah!" potong Juna.

"Oh, lalu apa? Pelajaran apa?" tanya Damar kembali.

Juna menggeleng. "Bukan tentang pelajaran."

Lihat selengkapnya