Hidup dipenuhi oleh plot twist, kita tidak akan pernah tahu peristiwa apa saja yang akan terjadi di esok hari, karena hidup adalah misteri
"Ono opo iki? Kok, mobilku koyo ono sing ngejer? (Ada apa ini? Kok, mobilku seperti ada yang mengejar?)" seru sang sopir melongok ke arah belakang. Kepalanya keluar dari jendela mobil.
Karto tampak terkejut sementara Romdon tampak kebingungan. Keduanya kemudian berdiri, menatap satu sama lain dengan rasa penuh tanya.
Saat peluru kembali ditembakkan, sontak Karto dan Romdon menunduk. Mobil masih terus berjalan bahkan dengan kecepatan penuh.
"Kita lompat dari mobil ini. Petrus sudah menyusul kita ke mari!" bisik Karto menatap tegang Romdon. Lantas Romdon mengangguk.
Tanpa banyak tanya, Karto dan Romdon lompat dari mobil ke samping kanan yang merupakan semak-semak di pinggir jalan. Mobil bak terbuka itu seketika berhenti mengerem mendadak.
Mereka berguling, lalu Karto dengan cepat menarik tangan Romdon untuk ikut bersembunyi di balik pohon besar. Napas mereka tersengal-sengal. Petir dan kilat turut menghiasi ketegangan. Awan makin mengabu disertai semilir angin yang dingin.
Entah kenapa, sejak ada operasi jalanan ini, hidup Karto berbanding terbalik dengan yang dulu. Seakan saat ini, Petruslah yang menjadi premannya, sementara preman yang menjadi korban atau sasaran yang biasa preman lakukan saat membegal atau apapun itu.
"Kita ketahuan?" tanya Romdon di sela ketegangan.
"Sepertinya iya. Mereka tidak akan menghilang sebelum salah satu dari kita nyawanya melayang." Karto memejamkan matanya sejenak. "Sekarang, biar aku yang jadi umpan," tukasnya.
"Di sebuah pertemanan, saya itu orang yang paling loyal, Pak. Makannya waktu itu saya mengorbankan diri. Tapi sepertinya Tuhan tidak ingin saya mati lebih dulu. Karena itu, ayo kita berjuang untuk mempertahankan hak hidup kita!" seru Romdon menyemangati.
"Tidak bisa, hak hidup kita sudah dirampas oleh orang yang merasa dirinya pantas."
"Kalau begitu, biar saya yang akan menjadi umpan lagi dan sampean yang lari!" seru Romdon.
Setelah mengatakan itu, Romdon keluar dari balik pohon, lalu merentangkan tangannya dengan tatapan tajam ke arah Petrus. Tentu inilah kesempatan yang bagus untuk Petrus. Dengan senjata api berlaras panjang itu, Petrus membidik dengan sempurna, bersiap menarik pelatuknya.
"Cepat lari, Pak!" teriak Romdon.
"Cah Edan!" berang Karto ikut keluar dari balik pohon, berniat melindungi Romdon dengan mendorong Romdon hingga terjatuh. Menggantikannya menjadi bidikan sempurna milik Petrus.
Kemudian Petrus menarik pelatuknya, dan ... Dor!
Romdon berteriak, sementara Karto terjatuh ke tanah karena dorongan seseorang. Romdon terkejut melihat apa yang terjadi di hadapannya. Seseorang tiba-tiba melesat mendorong Karto dan menyelamatkan Karto, rela menjadikannya korban.
"Sutrisno?" gumam Karto.
Dirasa telah menembak seseorang, Petrus itu memilih untuk pergi dan meninggalkan para gali yang tampak menyedihkan baginya.