Bapak Bukan Preman!

Siti Latifah
Chapter #31

Chapter 30 - Abadi

Ibu Pertiwi sedang sedih, bangsanya telah mati, tapi pertemanan mereka kan tetap abadi


Pemakaman Sutrisno dilakukan secara tertutup untuk menghindari gosipan dari orang-orang. Hanya orang tertentu saja yang dapat hadir melihat terakhir kalinya wajah Sutrisno yang kini sudah tampak pucat.

Kemarin malam, Karto meletakkan mayatnya tepat di depan rumah Sutrisno. Entah reaksi apa yang ditunjukkan anak istrinya ketika melihat seseorang yang disayanginya tiba-tiba terbujur kaku dengan mata rapat sempurna di depan pintu rumah.

Saat ini, Karto tengah menceritakan semua kejadian yang dialaminya juga alasan kenapa Sutrisno mati. Padahal yang keluarganya tahu, Sutrisno sedang bersembunyi di suatu tempat guna menghilangkan jejak. Tetapi kenapa tiba-tiba pulang dengan tanpa nyawa? Semua itu Karto jelaskan dengan raut wajah nestapa.

Tentu keluarganya sangat merasa terpukul. Walaupun Sutrisno merupakan preman yang suka sekali berbuat kasar pada orang-orang, tetapi untuk keluarganya dan orang terdekatnya, ia begitu loyal. Tak heran jika sekarang banyak orang terdekatnya yang menangisi kepergiannya.

Setelah Karto selesai berbicara empat mata, ia kembali ke Kasih yang sedang menangis. Dengan penuh kasih sayang, Karto mengelap air mata anaknya itu. "Om Sutris nggak akan suka melihat Kasih terus menangis seperti ini," ucap Karto.

"Padahal Kasih udah senang karena Om Sutris masih hidup, tapi sekarang ... Om Sutris benar-benar udah pergi?" paraunya menatap mayat Sutrisno yang sudah dibungkus kain kafan.

Karto menggeleng, ia menggenggam tangan mungil milik Kasih, lalu meletakkannya pada dada Kasih. "Om Sutris nggak pernah pergi, karena dia selalu ada di sini. Di hati Kasih," ucap Karto seraya tersenyum mencoba menenangkan anak yang sudah meluluhkan hatinya itu.

Perlahan Karto memeluk Kasih. "Sekarang udah ada Bapak yang bakal jagain Kasih. Bapak udah janji sama Kasih, kan, untuk menebus kesalahan Bapak yang dulu? Dan sekarang ... Bapak akan selalu ada untuk Kasih," bisik Karto lembut seraya mengelus pucuk kepala Kasih, lalu menciumnya.

Kasih membalas pelukan bapaknya erat, kemudian Karto mengangkat tubuh kecil Kasih, menggendongnya. Karto tersenyum simpul ke arah Kasih.

Sebenanrnya Kasih sedang bimbang sekarang. Entah ia harus bahagia karena perubahan sikap bapaknya, atau ia harus sedih karena kehilangan seseorang yang sudah dianggap sebagai keluarganya.

"Janji Om udah terpenuhi ... Om Sutris hebat," gumam Kasih.

"Dia ada janji apa?" tanya Karto.

"Om Sutris janji akan membawa bapak pulang ke rumah," jawab Kasih.

Seketika hati Karto menjadi nyeri kembali. Sebegitu pedulinyakah Sutrisno padanya? Karto janji, ia akan selalu mengingat Sutrisno, teman masa SLTA yang selalu ada untuknya hingga sampai sekarang. Perbuatannya memang jahat kepada semua orang karena dia seorang preman, tetapi di balik itu semua, Sutrisno menyimpan rasa kasih sayangnya untuk orang terdekat. Bahkan rela mengorbankan nyawa demi Karto. Karto tidak akan pernah lupa kata-kata terakhir yang diucap di bibir pucat Sutrisno. Karto berjanji akan menyayangi dan melindungi Kasih semampunya.

Lihat selengkapnya