Ingatan Renardi Sega Tureza
Namaku Renardi Sega Tureza, ini ingatan-ingatanku sejak tahun 1997.
“Jika awan bisa diam,
aku akan suruh matahari berlindung
di baliknya,
agar kamu tidak kepanasan.
Tapi nyatanya,
awan tidak bisa diam saja.
Sama seperti aku yang tidak bisa diam saja,
jatuh cinta denganmu.”
Pertemuan Pertama dan Dua Nama yang Sama
Ini ingatanku pada tahun 1997 di kota Banjarmasin
Tangan ibu dengan erat menggandeng tanganku. Sedangkan aku, terus saja memperhatikan gumpalan-gumpalan berwarna putih di atas langit, yang juga mengikuti langkah kami. Seketika aku hentikan pandanganku, karena di sana ada cahaya yang begitu silau. Mataku kupejamkan sebentar, dan untungnya ada ibu yang terus memegangi tanganku, karena sangat sulit bisa berjalan dengan mata yang tertutup.
Ada banyak orang berjalan kaki di sana. Ada yang arahnya sama dengan ibu dan aku, ada juga yang berlawanan arah. Di antara orang-orang itu, tidak ada satupun yang aku kenali. Di pinggir jalan, banyak orang yang berjualan. Kata ibu tempat itu namanya pacar tradisional. Pasar itu dekat dengan rumahnya Paman Ino, pamanku atau adiknya bapakku di kota.
“Ga kamu mau beli mainan?” tanya ibu.
“Iya Bu, Sega mau,” jawabku dengan semangat.
“Di ujung sana banyak mainan bagus Ga, ayo kita ke sana,” kata ibu sambil menggandeng tanganku.
“Ayo Bu,” jawabku lagi.
Sampai di tempat permainan, ibu bertanya lagi denganku.
”Kamu mau beli yang mana Ga?”
Aku melihat sangat banyak mainan di sana. Ada mobil-mobilan, robot-robotan, dan mainan anak perempuan juga ada, seperti boneka, alat masak-masakan dan masih banyak lagi.
“Semuanya bagus ya Bu,” kataku.
“Pergi! jangan ganggu aku, pergi!" kata ibu tiba-tiba, sambil menggelengkan kepalanya, dan menutup kedua matanya.
Ibu tiba-tiba berteriak dan kemudian berlari meninggalkan aku.
“Ibu! tunggu Sega Bu!”
Aku berlari mengejar ibu, tapi ibu sangat cepat berlari.
“Ibu! tunggu Bu!"
Tiba-tiba saja ada batu besar yang menghalangi jalanku, dan membuatku terjatuh.
“Ibu!”