Pertanyaan Ibu
Ini ingatanku pada tahun 2001 di kota Banjarmasin. Aku duduk di kamarku dan menatap buku pelajaran, lalu membacanya untuk mencari jawaban dari soal PR matematika kemarin yang diberikan ibu guru di sekolah.
Di kamarku, ada satu lemari kayu dan ranjang kayu yang dibuat sendiri sama bapak. Di tembok kamarku tertempel jadwal pelajaran harian di sekolahku, yang ditempel oleh ibu. Foto kami satu keluarga juga ada dipasang ibu di tembok kamarku. Di foto keluarga itu, ibu dan ayah duduk di kursi kayu, aku dan Kak Una berdiri saja. Aku berdiri di samping ibu, dan Kak Una di samping sebelah kanan dekat bapak. Kami foto satu keluarga di depan rumah kami yang dulu.
“Sega ... kamu lagi belajar ya?” tanya ibuku. Yang tiba-tiba saja masuk ke kamarku.
“Ini Bu, Sega lagi mengerjakan PR Matematika.”
“Mau ibu bantu?” tanya ibu.
“Ini sudah mau selesai Bu, tinggal satu soal lagi.”
“Bagaimana di sekolahmu, pasti anak ibu punya banyak temankan?”
Aku hanya terdiam setelah mendengar pertanyaan ibu.
“Sega,” kata ibu lagi. Aku menatap mata ibu dan begitu juga dengan ibu yang menatap mataku, aku lalu menjawab pertanyaan ibu dengan suara pelan.
“Sega tidak apa-apa?” tanya ibu.
“Kamu tidak punya teman di sekolahmu ya?”
“Punya Bu, tapi tidak banyak,” jawabku lalu mengelengkan kepala.
“Tidak apa-apa Ga, kalau tidak banyak, yang penting kamu punya teman yang baik denganmu.”
“Iya Bu,”sahutku lagi. Hanya Ampi yang mau berteman dengan Sega bu, yang lainnya tidak ada yang mau berteman dengan Sega, kataku dalam hati.
***
Semut-Semut Hitam
Ini ingatanku pada tahun 2004 di kota Banjarmasin. Semenjak kejadian waktu itu. Aku iri dengan semut-semut yang sering aku lihat, mereka punya banyak teman yang bisa saling membantu untuk bertahan hidup. Aku suka memberikan sisa makanan yang aku makan untuk semut-semut hitam. Atau bisa juga memberikan makanan baru sesekali.
Kebiasaanku itu juga menular ke Ampi, dan anak laki-laki yang namanya mirip denganku, mereka juga suka memberikan sisa makanannya kepada semut-semut walaupun tidak separah aku.