Ibu Berteriak
Ini ingatanku pada tahun 2006 di kota Banjarmasin.
“Tolong-tolong pergi,” kata ibu, yang aku dengar dari arah kamar ibu. Aku langsung keluar dari kamarku, dan langsung ingin membuka pintu kamar ibu dan bapak. Tapi saat tanganku ingin meraih ganggang pintu kamar ibu dan bapak, bapak dari dalam kamar membukanya duluan.
”Ibu kenapa lagi Pak?" tanyaku dengan bapak.
“Tidak apa-apa,” sahut bapak sambil menoleh ke arah ibu. Aku tidak bisa melihat ibu karna terhalang oleh bapak.
“Ini sudah malam kenapa belum tidur?” tanya bapak lagi.
“Tadi Sega baru saja selesai nyampulin buku baru untuk sekolah besok Pak,” sahutku sambil mencoba melihati ke dalam kamar tapi aku tidak berhasil melihat ibu.
Lalu ada Kak Una menghampir aku yang dari tadi bicara sama bapak di depan pintu kamar ibu dan bapak.
“Kakak,” sapaku ke Kak Una dan Kak Una hanya diam melihatiku saja.
“Ibu kenapa lagi ya Kak?” aku bertanya dengan Kak Una.
“Tidak apa-apa Ga, lebih baik kamu tidur sudah malam masuk kamar sana,” kata Kak Una dan kemudian aku kembali ke kamarku setelah itu.
“Jangan diam,” kata ibu berteriak terdengar lagi.
Aku berbaring dan mencoba menutup mataku, tapi tidak bisa tertidur juga. Tiba-tiba teriakan ibu tidak terdengar lagi, setelah satu atau dua jam. Aku harus bisa tidur kataku dalam hati.
***
Sarapan Bersama
Ini ingatanku pada tahun 2006 di kota Banjarmasin.
“Sayang bangun Nak sudah pagi,” kata ibu mencoba membangunkanku dan aku mencoba membuka mataku.
“Ibu,” kataku.
“Ayo cepat mandi hari inikan hari pertama kamu masuk sekolah SMA.”
“Iya Bu,” sahutku sambil mengusap-usap kedua mata yang masih terasa mengantuk, dan mencoba untuk bangun dari tempat tidur, lalu berjalan menuju kamar mandi.
Tidak lama setelah itu ibu memanggilku.
“Sega kamu sudah selesai mandi belum?"
"Ayo sarapan!”
”Iyaa, Bu ... sebentar lagi." Setelah selesai mandi dan berpakaian. Aku berlari menuju meja makan, dan seperti biasa, paman, bapak, ibu, dan kaka sudah duduk duluan.
“Kamu ini Ga selalu saja lama, kalau tidak ada kamu, makanan ini tidak akan boleh dimakan,” kata kakak memarahiku karena kesal harus mematuhi peraturan bapak yang tidak boleh makan duluan kecuali anggota keluarga sudah lengkap.
“Sudah ... sudah,” kata ibu yang memotong perkataan kaka.